Faktor Pendukung Kinerja Bangunan dan Proses Desain Arsitektur

Desain arsitektur dan kinerja bangunan agar maksimal memerlukan pendukung dari banyak faktor

Tidak hanya berguna bagi arsitek. Faktor pendukung kinerja bangunan. Juga perlu diketahui oleh calon pemilik bangunan. Supaya dapat mempersiapkan dana yang dibutuhkan. Untuk pengadaan dan pemasangan elemen yang dimaksud. Pentingnya faktor pendukung tersebut. Adalah untuk menjamin, agar bangunan berfungsi secara maksimal. Kapan hal itu dibutuhkan, serta apa saja jenis-jenisnya?. Dalam artikel ini kami uraikan untuk teman-teman sekalian.

 

Aspek-aspek yang dibutuhkan saat proses desain dan operasi bangunan

Proses desain dan operasi bangunan sebenarnya 2 hal yang berbeda. Berbeda dalam hal: 1].pelaku, 2].tempat, maupun 3].waktu. Pelaku desain arsitektur jelas arsitek. Perancangan bangunan umumnya dilakukan di sebuah ruang studio. Adalah milik sang arsitek. Dan pelaksanaannya jauh sebelum bangunan berdiri.

Sedangkan pemakaian bangunan. Atau sering disebut operasi bangunan. Dilakukan setelah bangunan selesai 100%. Dan pelakunya adalah owner bangunan. Serta orang-orang di sekitar owner.  Misalnya pegawai, asisten rumah tangga dan sebagainya. Yang jelas, arsitek tidak termasuk lagi di dalamnya.

Namun, walau beda jauh. Faktor pendukung kinerja bangunan yang dibutuhkan arsitek. Adalah sama dengan apa yang diharapkan oleh owner. Seluruhnya terdiri dari 9 macam, yaitu:

  1. Jaringan instalasi listrik
  2. Sistem pencahayaan
  3. Pengkondisian udara
  4. Jaringan air
  5. Jaringan pemadam kebakaran
  6. Sistem komunikasi
  7. Jaringan internet
  8. Sistem keamanan
  9. Sirkulasi parkir

 

(Contoh kasus) Pendekatan aspek kinerja bangunan dengan gambar desain

Misalnya dalam sebuah contoh kasus. Yaitu bangunan kantor. Mendukung aktivitas pengawai. Agar bekerja dengan maksimal, nyaman, dan aman. Membutuhkan fasilitas yang lengkap. Fasilitas tersebut sebagian besar adalah berasal dari faktor pendukung kinerja bangunan itu sendiri. Bagaimana hal tersebut dapat tercapai. Begini pendekatan kinerja dan desain gambar.

 

1. Jaringan instalasi listrik

Sumber listrik yang digunakan untuk bangunan berasal dari distribusi PLN. Atau bisa juga menggunakan panel surya. Listrik yang berasal dari PLN, di distribusikan melalui Saluran Utama Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Menuju sebuah transformator yang terletak didepan bangunan. Kemudian instalasi menuju peralatan elektronik, yang ada dalam bangunan.

Komponen instalasi listrik terdiri dari:

  1. Sirkuit terminal
  2. MCB (Miniature Circuit Breaker)
  3. Sekering
  4. Kabel listrik
  5. Dan genset (generator set)

 

a.  Ketentuan tentang instalasi listrik

Kapasitas listrik bangunan harus sesuai dengan kebutuhan. Selain untuk penerangan, peralatan elektronik juga membutuhkan daya listrik. Misalnya AC, komputer, printer, dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan ukuran kabel listrik. Agar tidak terlalu kecil. Oleh sebab itu, instalasi harus sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia, yakni SNI 04-0225-2000. Serta Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000).

b. Pentingnya energi listrik cadangan

Pada kondisi tertentu. Seperti terjadinya pemadaman listrik oleh PLN. Maka, agar aktivitas kantor tetap berjalan dengan lancar. Harus ada energi listrik cadangan. Hal tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan genset. Namun lebih efisien dengan menggunakan panel surya. Sebab sumber listrik terbarukan ini, terkenal hemat energi dan ramah lingkungan.

Selain sebagai cadangan. Panel surya dapat dipakai sebagai sumber listrik utama. Dengan syarat, kondisi cuaca mendukung. Yakni pada saat musim kemarau. Selain itu, panel surya juga dapat digunakan sebagai sumber energi listrik cadangan. Bukan saja ketika terjadi pemadaman listrik. Yaitu pada saat sedang hujan.

c. Sumber cadangan listrik model lama

Genset termasuk sumber cadangan listrik model lama. Pengguna genset sangat banyak, karena biaya pengadaannya murah. Begitu juga perawatan, serta pengoperasiannya. Setiap genset dilengkapi dengan Automatic Transfer Switch (ATS). Beserta stock bahan bakar dalam tangki. Dengan demikian, pada saat listrik mati. Otomatis suplai listrik adalah dari genset.

Namun demikian, karena kemampuan genset terbatas. Sehingga suplai listrik menjadi kurang. Akibatnya peralatan elektronik mudah rusak. Oleh sebab itu, kapasitas genset sebaiknya lebih besar. Daripada daya listrik yang berasal dari PLN. Apakah pengadaan genset yang dimaksud mungkin dilakukan?. Tentu. Tapi biaya yang dibutuhkan tergolong besar.

 

2. Faktor sistem pencahayaan

Faktor pendukung kinerja bangunan berikutnya adalah sistem pencahayaan. Pencahayaan pada bangunan ada 2 macam. Yaitu pencahayaan alami, dan pencahayaan buatan. Hubungannya dengan perencanaan bangunan begini.

Sistem pencahayaan alami artinya penerangan yang memanfaatkan energi alam (matahari), sebagai sumber cahaya. Cahaya matahari sangat hemat. Sebab dapat diperoleh dimana saja, dan oleh siapa saja. Alias gratis. Maka dari itu, upaya maksimal selalu dilakukan dalam perancangan bangunan. Supaya mendapatkan cahaya matahari yang banyak. Yaitu memasang ventilasi yang bagus.

Terkait tata letak ventilasi. Jika dibuat asal-asalan. Maka cahaya yang masuk kedalam rumah kurang efektif. Kemungkinannya, terlalu terang. Atau masih gelap. Sementara itu, beberapa ruang pasti tidak  dapat dijangkau oleh sinar matahari. Karena berada ditengah bangunan. Sedangkan pemasangan jendela berada pada dinding luar. Maka sumber cahaya untuk ruangan tersebut adalah pencahayaan buatan.

Pencahayaan buatan merupakan sistem pencahayaan yang memanfaatkan peralatan khusus (lampu). Dan memerlukan daya listrik untuk mengoperasikannya. Sistem pencahayaan ini harus dilakukan. Selain karena keterbatasan ventilasi. Juga kerap digunakan pada:

  1. Ruang yang menonjolkan segi penampilan, serta elemen yang dipamerkan. Contoh etalase, ruang display, ruang resepsionis dan sebagainya.
  2. Ruang yang membutuhkan intensitas cahaya besar. Dengan tujuan agar kegiatan yang berlangsung dalam ruangan tersebut berjalan lancar. Misal ruang studio arsitek, laboratorium, perpustakaan dan lain-lain.
  3. Waktu malam hari. Atau ketika cuaca tidak mendukung untuk menggunakan penerangan alami.

 

3. Sistem pengkondisian udara dan termal

Mengatur sirkulasi udara dalam bangunan sangat penting. Agar temperatur tidak terlalu tinggi, atau rendah. Temperatur normal untuk beraktivitas dalam ruangan, paling bagus adalah 24-25ºC. Maka untuk mencapai hal tersebut, pengkondisian udara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

i. Pengaturan udara sistem alami 

Sistem ini termasuk faktor pendukung kinerja bangunan yang tidak membutuhkan biaya.  Dan mirip dengan pencahayaan alami. Sebab memanfaatkan energi yang tersedia dari alam. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah udara. Bukan cahaya.

Cara mengatur angin sekitar bangunan. Agar mengalir dengan lancar kedalam ruangan. Adalah memperbanyak bukaan pada dinding. Dan hal tersebut sebaiknya dilakukan sejak membuat gambar desain. Bukan setelah dinding bangunan selesai terpasang.

ii. Pengaturan udara sistem buatan

Pada ruangan yang memerlukan kenyamanan termal yang tinggi. Misal ruang rapat, ruang kerja dan sebagainya. Walau berdekatan dengan bukaan dinding. Diperlukan pengkondisian udara sistem buatan. Untuk menciptakan kesejukan dalam ruangan. Seperti AC, Kipas angin dan Exaust-fan.

Upaya lain untuk menurunkan temperatur dalam bangunan. Sehingga pemakaian listrik untuk pengkondisian udara berkurang. Dapat dilakukan dengan menerapkan green wall. Metode ini sangat efektif mengurangi efek rumah kaca. Sekaligus sebagai filter udara. Yakni dengan cara memanfaatkan lahan kosong sekitar bangunan semaksimal mungkin.

 

4. Jaringan air dalam gedung

Faktor pendukung kinerja bangunan yang tak kalah penting adalah air. Sudah menjadi kewajiban arsitek merancang jaringan air secara benar dan tepat. Supaya instalasi tahan selama mungkin. Serta tidak banyak membutuhkan  maintenance. Selain itu untuk menjamin bahwa suplai, distribusi, maupun pengeloaan pasca pemakaian air. Berjalan dengan baik.

Setiap bangunan gedung memiliki 2 macam jaringan air. Yakni air bersih dan air kotor. Sedangkan air kotor, terbagi menjadi 3 jenis. Yaitu air bekas, air limbah dan air hujan. Secara khusus dalam artikel ini menjelaskan tentang air kotor. Sedangkan mengenai air bersih dapat pelajari melalui tautan ini.

a. Air bekas dan jenis-jenisnya

Yang dimaksud dengan air bekas yaitu air yang berasal dari aktivitas mandi, cuci muka/tangan, cuci kain/perabot, sikat gigi dan sebagainya. Harus dibuang ke selokan melalui saluran tertutup. Dan tertanam dalam tanah. Material yang digunakan pada umumnya adalah pipa pralon Ø2” – 3”.

Pada dasarnya ketentuan tentang diameter pralon adalah tidak baku. Tapi sangat penting mempertimbangkan jumlah orang yang melakukan aktivitas dalam bangunan. Dan jenis aktivitas yang dilakukan. Misalnya, air bekas dari sebuah bangunan kantor, dan restoran pasti beda.

b. Air limbah dan cara penanganannya

Yang termasuk air limbah bangunan adalah air yang berasal dari closet dan urinoir. Saluran pembuangan 2 jenis air ini selalu dibuat berbeda. Kotoran yang berasal dari closet di alirkan ke bak penampungan (saptik tank), Setelah itu, kedalam sumur resapan. Sehingga tidak mengakibatkan bau.

Sementara itu, pembuangan air limbah dari urinoir. Sering dijadikan dengan air kotor. Dan dibuang ke saluran. Akhirnya saluran menjadi bau. Seharusnya adalah membuat saluran khusus. Lalu menyalurkannya ke dalam sumur resapan. Setelah itu, baru dibuang ke saluran.

c. Instalasi air hujan dan cara memanfaatkannya

Saluran air hujan, atau sering disebut talang vertikal. Pada umumnya menggunakan pralon Ø3” atau 4”. Komponen ini menjadi bagian dari penutup atap. Sebab air hujan memang berasal dari atap bangunan. Dan harus segera disalurkan ke dalam parit. Supaya tidak tergenang di pekarangan bangunan.

Namun, tahukah Anda air hujan dapat dimanfaatkan?. Yaitu untuk menyiram tanaman. Mencuci kendaraan, air minum ternak, serta suplai air untuk pemadam kebakaran. Caranya adalah membuat bak penampung air dalam tanah.

 

5. Jaringan pemadam kebakaran

Faktor pendukung kinerja bangunan ini tergolong khusus. Sebab tidak semua bangunan memilikinya. Pada umumnya jaringan pemadam kebakaran disediakan pada bangunan publik. Misal swalayan, hotel/apartemen, pabrik, bandara, dan lain-lain. Jelas untuk rumah tinggal sangat jarang.

Pemilihan sistem pemadam kebakaran dilakukan dengan mempertimbangkan efektivitas. Dan efisiensi penanggulangan bahaya kebakaran. Sesuai dengan kondisi masing-masing ruangan. Untuk itu, diperlukan alat pendeteksi awal. Yaitu detektor asap. Sedangkan untuk penanggulangan kebakaran. Digunakan alat pemadam api ringan. Alat tersebut disediakan di dalam bangunan. Sementara di luar bangunan, yaitu menggunakan hidran.

Selanjutnya untuk evakuasi. Setiap bangunan harus memiliki jalur khusus yang mudah dijangkau. Serta langsung menuju ke luar bangunan. Dengan demikian, bilamana terjadi kebakaran. Maka tidak mengakibatkan korban jiwa.

 

6. Sistem komunikasi

Komunikasi merupakan bagian dari sistem aktivitas yang menggerakkan orang, benda, energi, dan informasi. Sistem komunikasi ini erat hubungannya dengan sistem pengendalian (kontrol). Maka desain bangunan wajib menyediakan sarana komunikasi yang baik. dan sesuai dengan fungsi bangunan.

Sistem jaringan komunikasi digital dalam dan luar bangunan

 

Sebelum era digital. Alat komunikasi dalam/antar bangunan pada umumnya adalah telepon, dan sound sistem atau pengeras suara. Penggunaan telepon dapat dilakukan antar ruangan, maupun bangunan, dan wilayah. Sedangkan pengeras suara digunakan hanya dalam 1 bangunan. Serta pada jarak tertentu. Namun motode ini, hingga kini tetap efektif. Karena masih banyak dipakai di dalam pabrik, mall, serta gedung-gedung layanan publik.

 

7. Jaringan internet

Internet termasuk teknologi komunikasi paling canggih. Selain komunikasi suara, internet dapat mengirim/menerima gambar, video dan teks dalam ukuran yang besar. Oleh sebab itu, tidak heran untuk sekelas rumah tinggal pun, saat ini sudah banyak yang menggunakan internet.

Kehadiran internet bagi manusia sudah termasuk kebutuhan sekunder. Sehingga arsitek pun harus melakukan inovasi, agar mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Setidaknya melalui desain bangunan yang dipercayakan bagi dia. Manakala hal tersebut dapat terwujud. Maka sang arsitek memiliki nilai plus, dari bidang yang dikuasai.

 

8. Sistem keamanan bangunan dan lingkungan sekitar

Faktor pendukung kinerja bangunan selanjutnya adalah sistem keamanan. Sangat penting disediakan dengan tujuan:

  1. Menjamin agar aktivitas yang berlangsung dalam bangunan berjalan aman dan lancar.
  2. Menjaga supaya barang-barang yang berada dalam bangunan tidak hilang,
  3. Serta memantau lingkungan sekitar.

Sistem pengendalian keamanan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

  1. Manual (penjaga/satpam). Ditempatkan pada area-area tertentu. Misalnya pintu depan, area masuk gedung dan belakang bangunan.
  2. Yakni dengan memanfaatkan teknologi CCTV. Alat tersebut dapat memantau keamanan di luar, maupun di dalam bangunan. Selama 24 jam penuh.

 

9. Aspek sirkulasi parkir

Area parkir kendaraan harus disediakan pada setiap bangunan. Tidak terkecuali rumah tinggal. Selain untuk keamanan, juga untuk menjaga kenyamanan lingkungan. Mengapa demikian?. Supaya jangan memarkir kendaraan sembarang tempat. Sebagai contoh. Warga sering memarkir mobil di jalan, karena tidak memiliki garasi. Hal ini banyak terjadi di kota-kota besar. Akhirnya lalu-lintas terganggu. Bahkan, tak jarang mengakibatkan perselisihan antar warga.

Oleh sebab itu menjadi tanggung jawab pemilik bangunan, agar menyediakan parkir kendaraan masing-masing.  Dan hal tersebut secara tidak langsung sebagai faktor pendukung kinerja bangunan. Alasannya, jikalau terjadi sesuatu pada kendaraan, pasti aktivitas Anda terganggu. Benar bukan?.

 

[Penutup] Faktor yang mengakibatkan fungsi bangunan buruk, dan cara mencegahnya

Makin lengkap aspek-aspek pendukung bangunan, maka proses desain makin cepat dan mudah. Sebaliknya, jika tidak. Maka kemungkinan besar bangunan tidak berfungsi secara maksimal. Dan akhirnya berdampak pada efisiensi dan efektifitas kegiatan, yang berlangsung dalam bangunan. Cara mencegah hal tersebut bagaimana?.  Ada 2, yaitu:

  1. Sebagai arsitek, Anda wajib menanyakan apa saja faktor pendukung yang harus dicantumkan dalam gambar desain arsitektur. Lalu, pastikan selama proses desain tidak berubah. Supaya Anda tidak perlu melakukan revisi gambar terlalu banyak.
  2. Untuk pemilik bangunan. Sebelum menyampaikan kebutuhan Anda pada arsitek. Sebaiknya pertimbangkan dulu secara matang. Bila perlu melalukan survei pada bangunan yang mirip, dengan yang Anda kehendaki dari arsitek. Dengan demikian, kebutuhan Anda pasti terpenuhi.

Demikian penjelasan mengenai 9 faktor pendukung kinerja bangunan. Saran dari penulis. 9 macam faktor tersebut wajib ada pada setiap bangunan. Termasuk rumah tinggal sekalipun.

1 thought on “Faktor Pendukung Kinerja Bangunan dan Proses Desain Arsitektur”

  1. Pingback: Langkah-langkah Merancang Masjid Sekaligus Aula Dan Parkir Di Sekolah [Part 1 o 2] - Jasa Arsitektur dan Konstruksi Baja

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Butuh bantuan untuk Desain Arsitek dan Konstruksi baja? Ayo chat dengan kami!