Saat merancang bangunan pasti terjadi revisi. Makin sulit bangunan yang Anda gambar, kemungkinan untuk melakukan revisi akan makin sering. Apakah hal itu perlu diantisipasi?. Tentu. Seorang arsitek harus mampu mencegah revisi gambar bangunan, agar tidak terjadi terlalu sering dan berulang-ulang. Pada satu proyek. Caranya bagaimana?. Temukan penjelasannya dalam artikel ini.
Pengertian dan dampak revisi gambar bangunan yang berulang-ulang
Revisi gambar bangunan adalah proses mengulang atau merubah gambar bangunan, yang sebelumnya telah selesai. Mengulang dalam hal ini, artinya mengganti seluruh gambar yang telah jadi, dengan rancangan yang baru. Sedangkan merubah, artinya menggambar ulang beberapa bagian bangunan dengan model yang baru.
Maka dari itu, sejak awal menerima tugas. Anda wajib mencegah revisi gambar bangunan agar tidak berulang-ulang. Sebab dampaknya sangat besar. Dengan adanya revisi, maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan gambar pasti molor. Atas kejadian tersebut berarti Anda sudah rugi waktu.
Selain itu, sering menjadi terbawa emosi. Terutama jika sudah terjadi terus-menerus. Dan tidak ada kejelasan soal biaya tambahan untuk jasa gambar. Kesabaran seseorang dalam situasi seperti ini pasti goyah. Sehingga terbawa emosi, dan akhirnya tidak fokus pada tugas.
Penyebab terjadi revisi desain berulang-ulang
Ada 6 faktor penyebab proses desain bangunan berulang-ulang, yaitu:
- Ukuran gambar tidak akurat. Atau tidak sesuai lapangan.
- Informasi dan keterangan pada gambar desain tidak lengkap
- Adanya perubahan bentuk, fungsi/kebutuhan ruang
- Perubahan penggunaan bahan bangunan
- Tidak berurusan langsung dengan klien. Melainkan melalui perantara.
- Meneruskan gambar bagunan yang dibuat oleh orang lain.
Cara mencegah perubahan gambar bangunan secara berlebihan
Lalu bagaimana cara mencegah revisi gambar bangunan?. Jangan khawatir. Berikut 5 tips jitu. Agar tidak terjadi secara berlebihan.
1. Membuat perjanjian berapa kali melakukan revisi
Hal ini sebaiknya Anda lakukan saat menerima pekerjaan. Yaitu ketika negosiasi biaya jasa arsitek dengan klien. Dan harus secara tertulis. Pada umumnya batas melakukan revisi gambar, oleh permintaan klien adalah 3x. Selebihnya dianggap melebihi perjanjian.
2. Mendata dan mengukur lokasi bangunan secara benar
Sebelum mulai proses desain. Anda wajib survei, mengukur dan mengumpul data tentang lokasi proyek bangunan. Makin lengkap data-data yang Anda peroleh dari lapangan, memperkecil kemungkinan melalukan revisi gambar berulang-ulang.
3. Membuat desain dengan seksama dan detail
Saat melakukan perancangan. Buatlah desain bangunan yang lengkap dan detail. Keterangan, kode dan singkatan-singkatan pada gambar juga harus jelas. Demikian juga tentang penggunaan skala, satuan pada ukuran, serta dimensi material. Singkatnya, untuk mencegah revisi gambar bangunan, paling penting Anda lakukan pada tahap ini.
4. Menjadi konsultan bangunan yang profesional
Harapan klien melibatkan arsitek dalam proses pembangunan, adalah bisa menjadi konsultan yang profesional. Artinya mampu memberi masukan, sekaligus solusi atas: 1].keinginan, 2].kebutuhan, dan 3].kemampuan finansial klien. 3 hal ini sering menyebabkan revisi gambar secara berulang-ulang.
a. Mencegah keinginan klien yang berlebihan
Hal ini umumnya berkaitan dengan penggunaan material. Sangat wajar jika klien memilih bahan bangunan yang berkualitas tinggi. Namun dalam memilih bahan, pertimbangannya tidak hanya tampilan. Tapi keserasian, serta fungsi bahan juga penting. Oleh sebab itu, Anda harus mampu menjadi penengah antara keinginan klien dan kebutuhan.
b. Antisipasi perubahan kebutuhan ruang
Kebutuhan ruang sebuah bangunan sering berubah, karena adanya permintaan tambahan dari klien. Umumnya terjadi pada bangunan gedung. Dan terutama rumah pribadi. Walau sebelumnya sudah deal. Maka dari itu, wajib memberi masukan kepada klien. Apakah penambahan ruang memang perlu, atau tidak?. Bagaimana urgensi dan dampaknya?. Dengan demikian secara tidak langsung Anda telah mencegah revisi gambar bangunan.
c. Antisipasi anggaran biaya yang tidak wajar
Menjadi arsitek profesional artinya mampu menjangkau bagaimana kemampuan klien untuk biaya pembangunan. Bukan sekedar mengikuti keinginan klien, tapi tidak memikirkan ketersediaan dana. Apalagi bagi yang menerapkan sistem komisi (fee). Dengan pertimbangan, makin besar anggaran biaya pembangunan, maka biaya jasa arsitek juga besar. Hal ini sebaiknya kesampingkan.
5. Approval gambar lebih sering kepada owner
Semakin sering Anda mengajukan persetujuan gambar (aprroval) kepada klien. Maka klien tahu perkembangan proses perancangan desain bangunan. Sebaiknya mulai dari awal. Dan tahap demi tahap. Misalnya gambar denah ruangan. Kemudian gambar tampak. Setelah itu potongan, dan seterusnya. Maka hal itu dapat mencegah revisi gambar bangunan. Jika terpaksa, paling sekedar perubahan kecil. Misal, merubah keterangan tentang bahan yang digunakan.
Solusi jika terpaksa melakukan revisi gambar melebihi perjanjian
Salah siapa?. Dan pertanggungjawabannya bagaimana?. Kedua belah pihak. Arsitek atau pemberi tugas (klien) harus sama-sama bertanggungjawab. Jika revisi gambar terjadi karena kesalahan arsitek, maka Ia yang menanggung resikonya. Sebaliknya, bila klien yang salah, maka Ia pun wajib profesional.
Berikut 3 solusi jitu, jika terpaksa melalukan revisi gambar. Dan melebihi kesepakatan dalam perjanjian, yaitu:
- Meminta tambahan biaya gambar. Contoh, setiap melakukan revisi jasanya berapa. Dengan demikian, selanjutnya tidak ada batasan lagi bila klien ingin ini dan itu. Terserah Dia. Yang penting mau bayar. Namun dalam hal ini, jangan sampai materialistis. Tapi tetap jadi arsitek sejati dan profesional.
- Antisipasi dan tambahan waktu. Setiap ada revisi minta perpanjangan waktu. Misal, untuk 1 gambar revisi butuh waktu 1 minggu. Tergantung tingkat kesulitan revisi. Maka dari itu, biaya untuk merubah gambar yang satu, dengan yang lain kemungkinan beda. Demikian juga pertambahan waktu.
- Duduk bersama. Untuk beberapa hal yang sifatnya sensitif dan urgen. Komunikasi dengan klien adakalanya harus tatap muka. Jadi jangan paksakan secara online. Termasuk untuk membicarakan tambahan biaya, dan waktu menyelesaikan gambar bangunan, karena terjadinya revisi.
Upaya untuk mendapat tugas desain dari Owner
Sangat sulit mencegah revisi gambar bangunan, bila job Anda terima melalui perantara. Bukan dari sang Owner (pemilik bangunan) langsung. Sebab perantara sangat jarang yang bersedia mempertemukan dengan pemilik bangunan. Penyebab paling utama, adalah agar si-perantara dapat mengendalikan biaya jasa arsitek. Sejauh ini tidak masalah. Asal biaya jasa masih wajar, dan pembayaran lancar. Oke-oke saja.
Pada kondisi seperti ini. Kendalanya timbul adalah saat mulai asistensi gambar. Maka semua harus melalui sang perantara. Sementara Dia belum tentu mampu mempelajari, mengidentifikasi gambar, serta menjelaskan kepada pemilik bangunan. Celaka bukan?. Bakal terjadi revisi gambar berulang-ulang.
[Penutup] Tingkat kesulitan revisi tergantung jenis gambar dan bangunan
Proses revisi gambar rencana, gambar tender, gambar konstruksi, shop drawing dan as built drawing berbeda-beda. Masing-masing punya tingkat kesulitan. Dan tergantung jenis bangunan. Perlu Anda ingat pula, adakalanya mendapat tugas untuk meneruskan gambar, yang sudah ada sebelumnya. Alias gambar yang dibuat orang lain. Umumnya adalah untuk jenis gambar kerja dan gambar jadi (as built drawing). Dan biasanya berhubungan dengan kontraktor.
Namun demikian, apaun jenis gambar, 5 tips jitu diatas sangat ampuh, mencegah terjadinya revisi yang tidak wajar. Demikian penjelasan mengenai cara mencegah revisi gambar bangunan. Jika Anda membutuhkan Jasa Arsitek dan Konstruksi Baja. Silahkan menghubungi kami melalui tombol Whatsapp ini. Atau email infoteknik@arsitekta.com. Semoga bermanfaat.