Menjamin persediaan air bersih untuk kebutuhan sebuah rumah tinggal tidak mudah. Terutama bagi yang berdomisili di kota. Belum lagi ketika terjadi musim kering. Persoalan air bersih sebenarnya sudah muncul sejak perancangan bangunan. Khususnya ketika melakukan pengecekan lokasi proyek, salah satu yang perlu anda pastikan adalah ketersediaan air. Walau pada saat itu fokusnya adalah bukan untuk kebutuhan sehari-hari. Melainkan untuk keperluan pembangunan.
Banyak menganggap isu ini sepele. Termasuk pemiliki bangunan. Sehingga sering tidak melakukan antisipasi jangka panjang. Misalnya karena andanya pertambahan anggota keluarga, makin berkurangnya RTH (Ruang Terbuka Hijau), pasokan yang berkurang oleh pengaruh iklim dan sebaginya.
Sementara itu, menurut UNESCO Tahun 2002, menetapkan standar kebutuhan air bersih 60 liter/orang/hari. Berarti dalam satu bulan adalah 1,8 m³/orang. Nah, apakah ini masih bisa dianggap sebelah mata?. Hemat kami, saatnya para arsitek turun tangan, untuk menjamin persediaan air bersih. Tidak harus dari lingkup yang besar (skala kawasan). Melainkan skala mikro saja dulu. Yaitu kebutuhan air untuk rumah tinggal.
Fakta mengenai pasokan air bersih perkotaan
Warga perkotaan sudah terbiasa dengan krisis air bersih. Khusus bagi ekonomi lemah. Untuk kebutuhan memasak misalnya, mereka membeli air bersih dengan cara jerigen-an. Sedangkan untuk minum, membeli air isi ulang. Dan untuk kebutuhan MCK (Mandi Cuci dan Kakus) adalah mengandalkan air tanah. Ironi bukan?.
Satu sisi hal itu menjadi peluang bagi sebagian orang, untuk membuka usaha jual beli air bersih. Namun apakah tidak ada solusi lain yang lebih praktis, murah dan berkesinambungan?. Lalu bagaimana peran pemerintah dalam menjamin persediaan air bersih, bagi seluruh lapisan masyarakat?. Sekali lagi, persoalan ini sangat pelik. Dan tak heran akhirnya menjadi isu global.
Sumber persediaan air bersih bagi masyarakat
Guna memenuhi kebutuhan air bersih, ada 4 cara yang umum dilakukan oleh masyarakat kota, yaitu:
1. Membuat sumur dangkal
Sering disebut sumur bong, sumur pantek atau sumur gali. Proses pembuatannya adalah dengan cara menggali tanah sedalam mungkin. Hingga menemukan air tanah yang bersih. Galian umumnya berbentuk bulat, karena menyesuaikan ukuran diameter buis beton. Yakni antara Ø80-100 sentimeter. Kegunaannya adalah sebagai penahan tanah. Agar tidak longsor. Demikian deskripsi singkat mengenai sumber air bersih masyarakat kelas bawah ini.
Kaitannya dengan proses desain bangunan. Sumur gali adalah alternatif pertama untuk mendapatkan suplay air. Sebab proses pengerjaannya manual. Sehingga tidak membutuhkan biaya yang besar. Namun memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
- Letak sumur harus diruang terbuka, serta membutuhkan ruang yang cukup lebar. Yakni minimal 1,5 m². Sedangkan luas tapak untuk rumah di perkotaan sangat terbatas.
- Kualitas air berubah-ubah. Bahkan sering tercemar oleh limbah yang berasal dari aktivitas MCK. Karena jarak antara sumur dengan saptic tank sangat berdekatan. Menurut standar seharusnya >8 meter.
- Pasokan air sumur gali adalah berasal dari resapan air hujan. Sehingga jika kemarau panjang, maka sumur akan mengering. Sehingga tidak menjamin persediaan air bersih selalu ada.
2. Membuat sumur bor
Sesuai namanya, sumur bor dibuat melalui pengeboran. Yaitu proses pencarian mata air yang berada di dalam tanah dengan cara mengebor. Kualitas air dengan cara ini tergolong bagus. Bahkan sering digunakan untuk keperluan memasak dan minum. Namun dari segi biaya sangat mahal. Serta tidak menjamin proses pengeboran langsung berhasil, dan mendapatkan sumber/mata air.
Sering terjadi pengeboran meleset dari perkiraan. Awalnya pada kedalaman tertentu diperkirakan sudah menemukan sumber air, ternyata tidak. Akibatnya biaya pembuatan sumur makin bengkak. Maka tak heran, praktik ini adalah untuk golongan kelas menengah ke atas.
Perlu anda ketahui, pembuatan sumur bor dan sumur dangkal adalah perorangan. Hal ini jangka panjang berdampak buruk pada lingkungan. Jikalau semua masyarakat melakukan pengeboran tanah. Tentu lama-kelamaan permukaan tanah akan turun. Maka akhirnya terjadi banjir.
3. Swadaya masyarakat membuat sumur artesis
Menjamin persediaan air bersih, selain bertindak secara perorangan. Juga sering dilakukan secara swadaya. Yaitu dengan cara membuat sumur artesis. Metode sering diterapkan pada kawasan perumahan. Namun cara ini masih kurang efektif, serta tergolong ekslusif. Sebab yang berhak mendapat pasokan air hanya warga perumahan.
Namun demikian jika anda bandingkan dengan cara 1 dan 2. Membuat sumur artetis lebih ramah lingkungan dan hemat energi. Sebab tidak menggunakan mesin pompa, untuk menarik air ke permukaan. Melainkan hanya mengandalkan tekanan air pada lapisan aquifer yang sangat tinggi. Maka dari itu, sama sekali tidak membutuhkan biaya perawatan.
4. Pasokan air bersih milik pemerintah
Sumber persediaan air berikutnya adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Yaitu sebuah badan usaha milik pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota. Yang bergerak dibidang penyediaan sumber air bersih bagi warga. Namun fasilitas ini belum sepenuhnya dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Diantaranya karena kurangnya sarana dan prasarana jaringan. Bahkan karena pasokan air yang tidak mencukupi.
Namun walau demikian, dari segi kualitas PDAM sudah teruji. Sementara itu dari segi biaya pun tergolong murah. Masyarakat hanya dikenakan biaya bulanan, berdasarkan jumlah pemakaian. Misal untuk kota Semarang, untuk kategori rumah tinggal adalah Rp 5000,- sampai Rp 8.000,-/m³. Sedangkan biaya pemasangan jaringan dan meteran air sekitar Rp 1.500.000,-
Langkah antisipasi kekurangan pasokan air
Tanpa membedakan sumber persediaan air anda saat ini. Toh, 4 macam sumber air tersebut, sama-sama memiliki kelemahan. Suatu saat akan mengalami kekurangan pasokan. Cepat atau lambat. Oleh karena itu, anda wajib melakukan antisipasi, guna menjamin persediaan air bersih. Caranya bagimana?. Yaitu membuat bak penampungan air. Tapi, tunggu dulu!.
Sebelumnya perlu anda ketahui. Antisipasi kelangkaan air bersih bersamaan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan, akan lebih mudah, dan biayanya akan lebih rendah. Bila dibandingkan dengan bangunan yang sudah jadi. Persoalannya, bangunan anda sudah selesai atau masih dalam proses?. Terlepas dari situasi tersebut. Berikut ini 2 macam bentuk bak penampung air bersih, yaitu:
a. Bak air kamar mandi
Elemen ini pasti ada setiap rumah tinggal. Umumnya terbuat dari pasangan batu bata, serta finishing keramik. Namun akhir-akhir ini, banyak yang menggunakan bahan fibber. Dengan alasan lebih murah, praktis dan perawatan mudah. Selain pada kamar mandi, baik air berupa ember besar. Juga sering ditempatkan pada tempat cuci dan dapur.
Tetapi upaya ini kurang maksimal. Karena daya tampung air pada bak sangat kecil. Misalnya, untuk bak kamar mandi paling besar 1,0 m³. Sedangkan ember atau bahan fiber lainnya, justru lebih kecil. Yakni ≤0,75 m³. Padahal kebutuhan air untuk seluruh anggota keluarga, adalah berasal dari tempat ini. Oleh karena itu, anda perlu cadangan air pada tempat lain.
b. Membuat bak air cadangan
Alternatif terbaik untuk menjamin persediaan air bersih, adalah dengan membuat bak air cadangan. Berdasarkan letak pemasangan, baik air terbagi 2 macam, yakni: 1]. Tanam, atau 2]. Diatas bangunan. Sedangkan menurut jenis bahan serta cara pemasangan, bak air tanam ada 2, yaitu:
1. Tandon air
Umumnya terbuat dari material fibberglass atau stainless steel. Kedua jenis bahan ini yang paling pas, untuk cangan air dengan model tanam. Sebenarnya ada 1 jenis lagi tandon air, yaitu polyethylene. Namun bahan ini tidak cocok anda letakkan dalam tanah. Karena mudah penyok, serta mengeluarkan bau tak sedap.
Ukuran tandon air sangat beragam. Mulai dari kapasitas 300 liter hingga 2.000 liter. Anda penasaran aplikasi material ini pada rumah anda?. Jangan khawatir. Metode pelaksanaannya telah kami sediakan. Silahkan anda pelajari melalui artikel selanjutnya.
2. GWT (Ground Water Tank).
Yaitu sebuah konstruksi penampung air yang tertanam dalam tanah, serta terbuat dari cor dan tulangan besi beton. Detailnya bisa anda perhatikan pada gambar berikut ini.
Sebuah GTW dengan kapasitas tampung air 4,5 m³. Mampu menjamin persediaan air bersih untuk rumah tangga, dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 10-15 orang. Serta berada pada lahan seluas 6 m².
Pemasangan bak air cadangan merupakan upaya hemat energi
Menyiapkan pemasangan bak air cadangan bisa mudah, tetapi bisa juga sulit. Mudah, ketika dana anda telah siap, serta lokasi pemasangan tersedia. Akan tetapi pasti sulit, jikalau biaya tidak siap. Dan ternyata tempat untuk memasang tandon juga sudah tidak ada. Ambyar bukan?. Iya. paling tidak anda harus putar otak. Dan bekerja keras mengumpulkan dana. Toh, kebutuhan air bersih tidak bisa ditunda bukan?.
Pentingnya memasang bak cadangan, selain untuk persediaan air. Sekaligus sebagai upaya untuk hemat energi. Dengan adanya tandon air, maka penggunaan mesin pompa akan berkurang. Hal itu akan mengurangi pemakaian energi listrik untuk mesin tersebut. Selain itu anda tidak perlu membeli air bersih secara eceran. Hal ini akan mengurangi pengeluaran bulanan anda. Sehingga walau biaya awal untuk pemasangan bak air cukup besar. Namun dengan adanya efisiensi energi, serta kemudahan untuk memperoleh air bersih. Anda mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar.
[Kesimpulan] Upaya bersama menanggulangi kelangkaan air bersih
Demikian penjelasan mengenai pentingnya menjamin persediaan air bersih, dalam sebuah rumah tangga. Dengan mengandalkan bak yang ada dikamar mandi, tentu tidak mampu mencukupi kebutuhan air bersih semua anggota keluarga. Melain harus membuat bak air cadangan.
Pemasangan bak tambahan bila dilakukan secara bersama-sama, oleh seluruh masyarakat kota. Memiliki dampak yang signifikan terhadap pemakaian energi. Selain itu, jangka panjang dapat mengurangi kerusakan lingkungan. Misalnya penurunan permukaan tanah dan banjir.