Sistematika Perancangan Arsitektur Bangunan dan Aspek-aspeknya

Menyusun sistematika perancangan arsitektur bangunan dengan benar

Sistematika perancangan arsitektur dibuat oleh arsitek yang ditunjuk oleh pemilik bangunan. Dengan tujuan sebagai wadah untuk merangkum segala aspek, yang layak dipertimbangkan untuk merancang sebuah arsitektur bangunan. Bukan hanya pada persoalan bentuk bangunan, serta aspek lokasi, kebutuhan ruang, dan faktor ekologi. Tapi termasuk kenyamanan pengguna. Secara fisik maupun psikologis harus terjamin. Sebab aspek kenyamanan dapat mempengaruhi, bahkan membentuk sifat dan karakter manusia.

 

Sistematika merancang bangunan agar tepat sasaran dan representatif

Agar pembaca dapat merancang bangunan yang representatif. Maka bangunan tersebut harus cantik, nyaman, aman dan efisien. Selain itu, mampu menampung kegiatan yang secara sengaja diperuntukkan untuk bangunan. Serta bersahabat dengan lingkungan alam. Maka untuk mencapai hal tersebut itu, perlu disusun sistematika perancangan arsitektur yang benar. Dengan urutan seperti berikut:

1. Keinginan untuk membangun

Owner menginginkan sebuah bangunan, pada umumnya untuk melakukan kegiatan. Misalnya untuk bisnis, kegiatan sosial, keagamaan, atau hanya untuk tempat tinggal. Dan, hanya owner yang tahu sejauh mana urgensi bangunan tersebut. Termasuk soal ketersediaan dana, dan lahan. Namun demikian, apakah akan terealisasi dalam waktu dekat, atau jangka panjang. Setiap arsitek harus mampu menjadi fasilitator pada keinginan-keinginan klien. Mencapai hal tersebut, tahap pertama yang wajib dicatat adalah:

  1. Jenis bangunan
  2. Nama dan alamat pemilik

2. Esensi perancangan bangunan

Sistematika perancangan arsitektur bertujuan untuk menegaskan fungsi bangunan. Apakah untuk manusia atau bukan. Seperti kita ketahui, kegunaan bangunan tidak harus untuk manusia. Bisa saja sebagai tempat untuk menampung binatang, tempat parkir, infrastruktur jalan dan sebagainya. Dengan demikian, sang arsitek tahu esensi perancangan yang akan dilakukan. Selain mengenai fungsi bangunan, ketahui pula kapan pembangunan dilaksanakan.

3. Jenis-jenis kegiatan yang berlangsung dalam bangunan

Kaitannya dengan esensi perancangan. Manusia paling banyak melakukan aktivitas sehari-hari adalah didalam bangunan. Dan jumlahnya beragam. Jangankan untuk bangunan yang berbeda lokasi. Kegiatan manusia pada bangunan yang sama pun sangat banyak. Apalagi bangunan tersebut beroperasi 24 jam. Seperti hotel, bandar udara, pelabuhan, pabrik dan lain-lain.

leh sebab itu, kegiatan dalam bangunan dengan mudah diketahui, jikalau fungsi bangunan sudah ditentukan. Pada konteks skala makro (bangunan, bukan ruang), jenis kegiatan yang dimaksud adalah aktivitas secara keseluruhan (umum), yang dilakukan oleh orang-orang yang berada pada gedung tersebut. Baik sebagai pengguna tetap, atau hanya sebagai pengunjung.

4. Pelaku kegiatan dan kebutuhan ruang

Skala mikro. Pelaku kegiatan dalam bangunan adalah orang-orang yang secara rutin melakukan aktivitas dalam sebuah bangunan. Misal pada bangunan swalayan. Aktivitas pengawai antara lain parkir kendaraan, mengecek barang, menjual barang, transaksi dan sebagainya. Kemudian pulang. Beda dengan pembeli. Kegiatan pembeli pada swalayan adalan parkir, belanja, transaksi, lalu pulang.

Demikian halnya pada bangunan gedung yang lain. Misal perkantoran, sekolah, rumah ibadah dan banyak lagi. Aktivitas para pelaku kegiatan dapat dibedakan berdasarkan:

  1. Status pengguna. Apakah pengguna tetap, atap pengunjung.
  2. Jenis ruang yang dibutuhkan melakukan kegiatan

5. Penentuan tapak bangunan

Sistematika perancangan arsitektur dapat diwujudkan hingga proses pembangunan, tergantung ketersediaan tapak. Bila tapak, atau rencana lokasi bangunan tidak memadai. Dipastikan proses pembangunan gagal realisasi. Oleh sebab itu, perancangan bangunan wajib bersamaan dengan penyediaan lahan untuk bangunan. Guna keperluaan analisis dan perancangan bangunan, yang perlu Anda ketahui adalah:

  1. Alamat/lokasi tapak
  2. Luas tapak

6. Proses perancangan arsitektur

Yaitu berkaitan dengan jadwal pelaksanaan, serta personil yang terlibat dalam perancangan bangunan. Konsultan bangunan yang sudah mapan, umumnya telah memiliki DSM yang lengkap, dan mumpuni untuk merancang bangunan yang besar. Beda dengan jasa arsitek yang masih berbentuk perorangan. Personil yang Mereka miliki kebanyakan masih freelance.

Maka dari itu, sistematika perancangan arsitektur dibuat untuk mengukur kemampuan perencana menyelesaikan gambar desain bangunan. Artinya bila sumber daya belum memadai untuk merancang sebuah bangunan, lebih baik mundur. Bila dipaksakan, hasilnya kemungkinan besar tidak sesuai harapan.

7. Penentuan bentuk dan desain bangunan

Pertimbangan utama untuk menentukan bentuk, dan desain arsitektur adalah:

  1. Aspek manusia. Meliputi perilaku, aktivitas, keinginan, serta umur pengguna bangunan.
  2. Pengaruh bentuk, letak dan kontur tapak.
  3. Pengaruh dari bangunan, atau jalan yang berada disekitar tapak.
  4. Aspek lingkungan (sosial dan alam sekitar).

4 poin tersebut dirangkum menjadi satu rumusan yang saling terkait. Yaitu terdiri dari 3 aspek. Antara lain Manusia – Kegiatan – Tapak. Menjadi pedoman untuk menentukan bentuk/desain arsitektur yang bagus.

8. Merancang material bangunan, warna dan tekstur

Unsur yang tak kalah penting dalam menentukan bentuk desain adalah penggunaan material, warna serta tekstur material bangunan. 3 aspek dapat menambah daya tarik walau pada bangunan yang berbentuk sederhana. Dengan syarat, di organisir secara baik. Sebaliknya. Paduan material, warna dan tekstur bila dirancang secara asal. Maka desain bangunan yang awalnya sudah bagus, bisa jadi jelek.

9. Output arsitektur: Sesuai keinginan pemilik bangunan atau pengguna?

Sistematika perancangan arsitektur paling akhir adalah untuk memberi batasan desain. Apakah sepenuhnya mengikuti kemauan pemilik bangunan, atau pengguna?. Kemauan pengguna berarti sesuai dengan fungsi ruang. 2 hal ini sering bertolak belakang. Dan membuat arsitek bimbang menentukan sikap. Sesungguhnya, [hemat kami] sistematika dibuat sekaligus untuk introspeksi.

Sang owner kerap berorientasi pada anggaran. Namun tetap menginginkan tampilan bangunan agar yang terbaik. Akhirnya mengorbankan hak-hak pengguna bangunan. Misal kenyamanan dan keamanan. Padahal bagi para pengguna kenyamanan dan keamanan adalah yang terutama. Sedangkan desain bangunan tidak begitu penting.

 

[Contoh] Alur perancangan gedung pabrik garmen selayaknya

Gedung pabrik termasuk bangunan yang memiliki aktivitas sangat kompleks. Selain itu, pengguna bangunan bisa mencapai puluhan ribu. Dan beraktivitas selama 24 jam. Non stop. Bagaimana cara merancang pabrik agar representatif?. Pertama-tama membuat alur perancangan. Secara garis besar ada 3, yaitu:

  1. Kegiatan umum pada pabrik (skala makro). Yaitu produksi pakaian
  2. Kegiatan skala mikro. Yakni segala aktivitas dewan direksi, komisaris, staf dan karyawan yang dilaksanakan dalam pabrik.
  3. Data-data pendukung lainnya. Antara lain: jenis produk, kapasitas produksi, metode produksi, luas lahan, jumlah pengguna bangunan, serta jam kerja.

Berdasarkan 3 aspek tersebut sistematika perancangan arsitektur pabrik dengan mudah dilakukan. Anda tinggal membuat rincian kegiatan dalam pabrik, menghitung kebutuhan ruang, melakukan organisasi ruang (zonning), melakukan analisis tapak. Kemudian, mengaplikasikannya dalam sebuah desain. Persoalan apakah sudah representatif, atau belum. Proses desain kan tidak bisa sekali jadi?. Paling tidak, Anda sudah melakukan prosedurnya secara benar. Sehingga, bila pun terjadi revisi, tidak fatal. Dan memakan waktu yang lama.

 

[Kesimpulan] Syarat perancangan bangunan yang benar

Perancangan arsitektur bangunan secara umum. Berlangsung dengan benar jikalau memenuhi syarat-syarat seperti berikut:

  1. Jenis bangunan dibuat spesifik. Misalnya bangunan rumah ibadah kristiani.
  2. Nama dan alamat pemilik bangunan harus lengkap.
  3. Fungsi bangunan sangat jelas.
  4. Jadwal pembangunan direncanakan sejak awal.
  5. Kegiatan pada bangunan terperinci
  6. Lokasi dan luas tapak sudah melalui survei.
  7. Manusia wajib menjaga lingkungan alam
  8. Prioritas desain pada aspek arsitektural. Bukan pada keinginan personal.

Demikian penjelasan mengenai sistematika perancangan arsitektur. Berikut contoh perancangan bangunan pabrik garmen. Semoga bermanfaat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Butuh bantuan untuk Desain Arsitek dan Konstruksi baja? Ayo chat dengan kami!