Pemicu Proyek Gagal Realisasi Ada 12+ Bisa Terjadi Kapan Saja

Mengenal pemicu proyek bangunan gagal realisasi, pentingkah?. Apa saja faktornya?. Berikut ini.

Pengerjaan proyek berlangsung dengan lancar, hingga selesai adalah harapan semua orang. Banyak pihak yang gembira dengan kesuksesan proyek pembangunan. Selain pemilik bangunan dan pekerja proyek, yaitu masyarakat sekitar. Namun perlu anda waspadai. Tidak semua proyek berakhir dengan kisah indah. Tapi tak sedikit yang gagal terlaksana. Pemicu proyek gagal realisasi pun cukup beragam. Apa saja itu?. Teman-teman akan temui dalam tulisan ini.

Pengertian proyek gagal realisasi

Proyek gagal (batal) realisasi adalah kegiatan pelaksanaan pembangunan yang sama sekali tidak mulai-mulai. Padahal sudah melewati jadwal yang direncanakan. Dan/atau proyek bangunan yang telah mulai, dan berlangsung sekian lama. Namun tiba-tiba berhenti ditengah jalan. Serta tidak ada kepastian kapan untuk diteruskan.

Kondisi ini kerap terjadi. Dan tidak saja untuk proyek-proyek besar. Sekelas bangunan rumah tinggal pun banyak. Terutama yang tidak melibatkan arsitek. Melainkan hanya ditangani oleh pemilik bangunan sendiri. Dan langsung berurusan dengan mandor atau tukang. Ini dari skala yang kecil. Sedangkan untuk proyek besar, tentu beda lagi. Sebab faktornya makin kompleks.

12+ macam pemicu kegagalan proyek

Tanpa memandang besar atau kecilnya. Pemicu proyek gagal realisasi ada 12 macam.

1. Gagal memiliki izin

Jenis izin yang berkaitan langsung dengan pembangunan adalah IMB. Namun anda tidak bisa mengurus IMB, jikalau tidak memiliki izin dan dokumen tanah. Antara lain izin prinsip, sertifikat tanah, PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Dan sebagainya.

Kegagalannya adalah sembari pengurusan izin bangunan, proyek sudah mulai dilaksanakan. Maksud start lebih awal adalah untuk efisiensi waktu. Ternyata ditengah jalan, karena beberapa faktor. Tentu yang bertentangan dengan ketentuan/hukum. Akhirnya proyek tidak memiliki izin. Dan terbengkalai.

2. Krisis moneter

Pemicu proyek gagal realisasi akibat krisis moneter (krismon). Paling parah terjadi tahun 1998 silam. Dampaknya cukup panjang. Dan hampir semua proyek konstruksi Indonesia mandek total. Dampaknya adalah kenaikan harga yang selangit. Termasuk bahan-bahan bangunan. Sementara pemberi pekerjaan tidak mampu memberi dana tambahan.

Begitu besarnya pengaruh moneter terhadap proyek. Maka dalam kontrak selalu dicantumkan, krisis moneter adalah sebagai kejadian luar biasa atau Force Maojure. Oleh karena tidak bisa terprediksi. Dan sulit dikendalikan. Sebab berlaku secara global.

3. Pandemi

21 tahun sejak krisis moneter. Akhir Desember 2019 lalu, dunia kembali digegerkan oleh ‘kejadian luar biasa’, yakni pandemi covid-19. Dan masih berlangsung hingga kini. Pandemi sebenarnya mempengaruhi kesehatan manusia. Namun akhirnya berdampak pada ekonomi. Dan untungnya tidak berbarengan dengan krisis ekonomi.

Untuk memutus mata rantau penyebaran virus ini. Diberlakukan protokol kesehatan (prokes) secara ketat. Termasuk mengurangi aktivitas diluar rumah. Pemicu proyek gagal realisasi karena adanya pembatasan kegiatan tersebut. Akhirnya investor banyak menangguhkan pembangunan. Bahkan proyek yang tengah berlangsung pun, memilih untuk berhenti.

4. Investor batal

Selain karena pandemi. Umumnya sebelum proyek benar-benar mulai. Investor telah mengurungkan niatnya untuk membangunan. Atau menjadi rekanan kontraktor untuk mendanai sebuah proyek. Karena kurang yakin dengan hasil investasi yang ia tanam. Akhirnya proyek tidak jadi terlaksana.

Perlu anda ketahui, peran investor untuk mensukseskan proyek sangat besar. Baik yang berasal dari dalam negeri, maupun luar negeri. Investasi yang paling mereka minati adalah universitas, rumah sakit, apartemen, hotel, infrastruktur jalan tol, bandara dan sebagainya.

5. Anggaran tidak cukup

Selain oleh faktor krisis moneter. Penyebab proyek tidak jadi dibangun, adalah karena anggaran belum siap. Soal anggaran biaya ini cukup unik. Sering dilaksanakan pembangunan padahal dana belum terkumpul, sesuai dengan yang tercantum dalam RAB (Rencana Anggaran Biaya). Dengan alasan pembangunan akan dilaksanakan secara bertahap.

Metode ini paling sering diterapkan pada proyek-proyek pemerintah. Terkenal dengan istilah kontrak tahun jamak (multi years contract). Tidak cuma itu. Proyek swasta dan bahkan bangunan rumah tinggal pun banyak. Namun tak jarang yang meleset. Pelaksanaannya molor sampai bertahun-tahun. Alias tidak selesai dengan jangka waktu yang direncanakan.

6. Suplai bahan tidak lancar

Pemicu proyek gagal realisasi, yang terlihat sederhana yakni suplai bahan. Hal ini bisa disebabkan oleh 2 faktor, yaitu: 1]. Karena dana tidak ada lagi, atau 2]. Bahan bangunan tidak produksi lagi. Jelasnya tanpa ada material, tukang bangunan tidak bisa mengerjakan apa-apa. Nah, daripada tukang tidak ada kegiatan. Tentu anda liburkan saja bukan?.

7. Ketersediaan alat

Pun merupakan implikasi dari ketersediaan anggaran. Selain berdampak pada pengadaan bahan. Peralatan kerja otomatis akan tersendat juga. Secara logika berfikir. Buat apa alat anda lengkapi, toh material bangunan tidak ada. Jadi lengkap sudah. Alamat proyek anda akan terdampar lama.

8. Medan/lokasi proyek

Beberapa proyek berada ada lokasi yang sangat ekstrim. Misalnya pembangunan jembatan antara pulau. Pemasangan konstruksi SUTET, pemancar telekomunikasi dan sebagainya. Umumnya berkaitan dengan demobilisasi material. Prasarana jalan yang belum bagus. Akhirnya alat transport tidak bisa mengantar material hingga ke lokasi proyek. Akhirnya harus menunggu perbaikan jalan. Atau pas musim kemarau.

9. Faktor cuaca/iklim

Adalah kelanjutan dari pemicu proyek gagal realisasi sebelumnya. Pelaksanaan proyek bisa berjalan lancar, kalau cuaca mendukung. Ini adalah rahasia umum, serta alam. Bahkan sang owner un tidak dapat berbuat apa-apa. Pada kondisi dalam batas toleransi, pembangunan masih bisa berlanjut. Namun bila cuaca sangat ekstrim, proyek pasti berhenti total. Seperti yang terjadi di luar negeri. Yakni saat musim salju tiba.

10. Waktu sangat mepet

Seperti kejadian nomor 1. Pelaksanaan proyek pasti kejar-kejaran dengan waktu. Siapa bilang ada proyek yang santai. Pemicunya begini. Awalnya owner tidak puas dengan cara kerja pemborong. Karena sangat tidak bisa mencapai target. Lalu sang pemborong tersebut di ‘pecat’. Dan owner ingin mencari kontraktor yang lebih bonafid. Ternyata tidak ada yang sanggup. Karena waktunya mepet. Parahnya lagi harga borongan pun murah. Hal ini mirip dengan istilah ekonomi, yang sering terdengar ‘ada harga ada rupa’.

11. Sumber daya manusia

Yakni berkaitan dengan kualitas pekerjaan. Tukang, pelaksana, pengawas dan seterusnya. Bila tidak bekerja secara benar. Pasti mutu proyek tidak bagus. Akhirnya pemberi pekerjaan melakukan hal yang sama, seperti nomor 10. Jadi kasusnya mirip dengan sebelumnya. Yang satu karena keterlambatan waktu. Sedangakan nomor 11 ini karena mutu pekerjaan.

12. Gambar berjalan

Pemicu proyek gagal realisasi berikut ini pasti belum pernah anda dengar. Gambar berjalan artinya pelaksanaan pembangunan tanpa berdasarkan gambar bangunan yang lengkap. Melainkan hanya berupa sket-sket tangan. Sehingga tukang melaksanakan pekerjaan secara kira-kira.

Awalnya berdampak pada mutu pekerjaan, serta waktu pelaksanaan menjadi molor. Lama-kelamaan anggaran biaya pasti bengkak. Hingga pada batas budget, yang dapat anda tolerir. Maka proyek masih berjalan. Namun jika anda teruskan dengan model tersebut. Pilihannya ada 2, segera anda berhentikan. Atau sia-siap dana anda terbuang sia-sia.

Dampak proyek batal terlaksana hingga selesai

Konteks ini adalah bilamana pembangunan sudah terlanjur mulai. Namun tidak berlangsung hingga proyek rampung. Dampaknya sangat banyak, antara lain:

  1. Struktur bangunan akan rusak. Terlebih bila belum memiliki penutup atap.
  2. Owner/investor pasti rugi. Karena dana mereka ‘terparkir’ pada tempat yang tidak tepat.
  3. Kontraktor juga mengalami kerugian. Sebab besar kemungkinan modal dasar belum kembali.
  4. Pembayaran kepada sub kontraktor, suplier, bas borong, bahkan tukang akan tertunda.
  5. Warga sekitar kurang nyaman dengan kehadiran bangunan. Sebab kondisinya yang terbengkalai dan tidak terawat.

[Penutup] Potensi dan faktor terjadinya proyek gagal ada setiap saat

Dari 12+ macam faktor diatas, sebagian besar dapat diantisipasi sejak semula. Tapi 3 diantaranya sangat mustahil. Yaitu krisis moneter, pandemi dan faktor cuaca. Karena terkait dengan kondisi global dan alam. Maka dari itu, kegagalan proyek bisa terjadi kapan saja, dan dimana saja.

Demikian penjelasan mengenai pemicu proyek gagal realisasi. Jelas bukan karena kesalahan tukang mengaplikasikan gambar bangunan. Semoga bermanfaat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Butuh bantuan untuk Desain Arsitek dan Konstruksi baja? Ayo chat dengan kami!