Perkembangan dunia konstruksi yang pesat. Ternyata memiliki dampak positif. Sekaligus pengaruh negatif pada industri bahan bangunan. Satu sisi para produsen berlomba-lomba menciptakan material yang baru. Agar tetap menjadi yang terdepan. Dan bisa menguasai pasar. Tetapi pada sisi lain. Mereka harus berjuang untuk mempertahankan produk yang lama. Supaya mampu bersaing dan laku. Jika tidak, berarti mereka akan kehilangan penjualan. Akibat selanjutnya proyek konstruksi Indonesia kehilangan material tersebut.
14 macam baja profil yang tidak laku di Indonesia
Bahan bangunan yang pernah mengalami kegagalan pemasaran adalah baja profil. Jumlahnya hampir seimbang dengan baja profil terkenal saat ini. Yaitu mencapai 14 macam. Perlu anda ketahui kejadian itu lebih dari setengah abad. Karena yang terakhir menggunakan adalah Hindia Belanda. Oleh karena itu disadari atau tidak. Selama ini proyek konstruksi Indonesia kehilangan 14 baja profil.
Apa saja jenis-jenis material proyek tersebut?. Anda pasti penasaran bukan?. Terdiri dari 2 kategori, yaitu: 1].Baja konstruksi berat, dan 2].Baja untuk konstruksi ringan.
a. Baja profil untuk konstruksi berat
Yaitu material baja yang terbuat dengan cara canai panas. Dan memiliki kekuatan tegangan lentur (τb) mencapai 1.600 kg/cm². Sehingga sangat cocok untuk bahan struktur. Oleh karena itu pula sebutannya adalah material baja konstruksi berat. Bentuk-bentuknya bisa anda lihat pada gambar.
- INP : Sesuai namanya, material konstruksi ini menyerupai huruf I. Sehingga komposisi antara tinggi (h) dan lebar sayap (b) tidak seragam. Salah satu contoh material adalah INP 20. (Cara penulisan seperti itu/section index). Dimensi bahan ini sebenarnya adalah 200x90x7,5×11,3 mm.
- DIN : Adalah singkatan dari Differdance Normal. Secara harfiah berarti perbedaan yang normal. Bentuk dan komposisi profil persis dengan baja H-Beam. Namun yang berbeda adalah tebal bahan. Serta varian ukuran.
- DIE : (Differdance Economique). Bentuk profil juga mirip dengan profil H-Beam. Namun DIE sangat spesifik. Karena ukuran (h) > (b). Dengan demikian proyek konstruksi Indonesia kehilangan material yang unik.
- DIR : (Differdance Renforce). Juga menyerupai huruf H. Paling pas untuk kolom struktur konstruksi. Sebab profilnya cukup tebal. Misalnya DIR 20, (t1) = 16 mm dan (t2)= 26 mm. Coba anda bandingkan dengan profil H-Beam?. Jauh lebih tebal DIR bukan?
- DIL : (Differdance Leger). Profil ini pun mirip dengan H. Dan kasusnya sama dengan profil baja DIN.
- H-Bearing Piles : Sesuai namanya profil H ini berguna untuk pekerjaan pancang. Hanya terdiri dari 4 macam ukuran, yaitu 14×14,5”, 12×12”, 10×10” dan 8×8”. Itu juga hilang!.
- H Duty Column : atau heavy duty column. Secara khusus berguna sebagai tiang kolom pada konstruksi bertingkat. Karena ukuran profil jauh lebih unggul dari DIR.
- H Light Beams : Adalah mirip dengan INP. Tetapi baja light beams sangat tipis dan ringan. Material ini pun lenyap!.
- Besi Siku Tidak Sama Kaki : Yaitu satu-satunya profil yang menyerupai huruf L. Bentuknya sedikit berbeda dengan besi siku pada umumnya.
b. Material untuk konstruksi yang ringan
Yaitu baja profil yang memiliki tegangan lentur (τb) ≤ 1.250 kg/cm². Dalam istilah ilmiah baja ini disebut dengan Light gage cold form steel. Silahkan anda dalami artinya melalui tautan. Proyek konstruksi Indonesia kehilangan baja jenis ini. Padahal multi fungsi. Selain untuk pekerjaan-pekerjaan ringan. Seperti interior, furnitur serta pekerjaan arsitektur lainnya. Juga bisa anda gunakan sebagai komponen konstruksi berat.
Namun apa boleh buat. Bangunan-bangunan Indonesia tidak menggunakannya lagi. Seperti apa sih bentuknya?. Silahkan perhatikan gambar berikut.
- Besi kanal tanpa bibir (light channel without lips) : Material konstruksi baja ini disebut tanpa bibir karena bagian depan profil dibiarkan terbuka. Bentuknya bisa anda lihat pada gambar. Sebagai komponen konstruksi berat. Material ini sangat cocok untuk rangka atap. Misalnya gording, usuk dan reng.
- Baja kanal pakai bibir (light channel with lips) : Adalah profil yang memiliki tekukan pada bagian depan. Dengan demikian kesannya tertutup. Secara umum profil kanal yang pakai bibir maupun tidak, masing-masing ada 2 macam. Yang satu bentuknya persegi, yaitu (h) = (b). Dan satu lagi (h) > (b).
- Baja siku (light angle section) : Dulu tersedia dengan ukuran L 20x20x1,25 mm hingga L 100x100x4 mm. Apakah teman-teman pernah menemukan profil seperti ini?. Pastinya sekarang di Indonesia sudah tidak ada.
- Profil Hat (light hat section) : Yaitu profil baja yang bentuknya menyerupai topi (hat). Atau mirip dengan baja kanal. Tetapi tekukan bibir keluar. Tebal bahan ini juga antara 1,25 – 4,0 mm.
- Profil Z (light Z section) : Juga termasuk material konstruksi yang unik. Karena mirip dengan huruf Z. Tetapi proyek konstruksi Indonesia juga kehilangan profil ini.
Penyebab baja profil hilang dari pasaran
Pabrik akan tetap memproduksi sebuah material. Bila material tersebut laris. Dan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Sementara sisi lain, contohnya inovasi arsitek ketika melakukan desain. Selalu berusaha menggunakan material yang tersedia. Bukan yang melalui pesanan khusus. Dengan tujuan untuk efisiensi biaya. Serta efektivitas waktu.
Jadi bila anda tanya siapa yang bertanggungjawab. Apakah karena produsen yang tidak menjual barang. Sehingga konsumen tidak bisa menggunakan material tersebut lagi?. Atau konsumen yang tidak mau membeli. Lalu industri tidak bersedia lagi memproduksi?. Persoalannya cukup rumit. Maka untuk menjawab itu semua. Silahkan anda baca praktik dan prinsip ekonomi pada proyek konstruksi.
Kelemahan material proyek bangunan
Oke teman-teman dari pada berpolemik tentang siapa yang salah. Berikut analisa kami bukan berdasarkan situasi pasar. Melainkan dari perspektif teknik. Yang menyebabkan ‘pelaku proyek’ kurang berkenan dengan baja profil tersebut, antara lain:
- Bentuk profil sama. Khusunya untuk jenis bahan konstruksi berat. Ada 8 macam profil yang sangat mirip. Tambah lagi dengan baja WF dan H-Beam yang masih populer saat ini. Berarti 10 macam. Hal ini akan berdampak pada proses perancangan, pengadaan bahan serta pengerjaan. Karena sulit membedakan antara profil yang satu dengan yang lain.
- Selain dimensi material yang nyaris sama. Satuan juga mempengaruhi proses pemasaran juga pengerjaan material. Seperti anda ketahui ukuran profil baja umumnya terdiri dari 2 versi, yaitu inci dan metrik (milimeter). Sedangkan di Indonesia yang paling familiar hanya metrik.
- Proyek konstruksi Indonesia kehilangan baja jenis light. Karena pengetahuan bahan para pelaku proyek kurang. Yang terpikirkan oleh mereka adalah baja ringan, yang terbuat dari bahan penutup atap seng dan campuran galvanis. Padahal jauh sebelum baja ringan ini terkenal. Sebenarnya telah ada baja profil versi ligth (ringan).
[Penutup] Pelaku industri dan proyek sama-sama rugi
Apapun penyebabnya, baik industri baja maupun pengguna adalah sama-sama rugi. Saat ini kita hanya bisa mengenang. Sekaligus sebagai bahan pembelajaran. Khususnya kepada stakeholder dan generasi muda. Bagaimanapun jika varian baja profil sangat banyak. Maka sangat baik untuk eksplorasi desain. Selain itu adalah untuk antisipasi. Supaya hal yang sama tidak terjadi pada material-material saat ini masih bertahan.
Demikian penjelasan dan dampak proyek konstruksi Indonesia kehilangan material baja profil. Semoga berguna.