10 Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Proyek Konstruksi Indonesia

Upaya meminimalisir dampak negatif covid-19 pada berbagai sektor. (Sumber: Fixabay.com)

 

Setidaknya ada 10 dampak pandemi covid-19 terhadap proyek bangunan. Hingga kini masih terasa. Bukan saja dari segi kesehatan pekerja bangunan. Tapi perputaran uang di proyek juga terpengaruh. Mengakibatkan tidak sedikit kontraktor yang gagal merealisasikan proyek. Bahkan kolaps. Sebab dana tidak cukup/ada. Apakah benar demikian?. Untuk membuktikannya, silahkan baca artikel ini sampai selesai.

 

Sekilas tentang covid-19 dan pengaruhnya pada proyek mula-mula

Seperti kita rasakan bersama, sejak pertengahan Maret 2020 silam. Dunia dikejutkan dengan munculnya satu virus baru, yang bernama Corona Virus. Atau terkenal dengan singkatan Covid-19. Selang 1-2 bulan  mendapat pengakuan pemerintah Indonesia, serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bahwa virus tersebut termasuk kategori mematikan. Dan menjangkit seluruh dunia. Oleh sebab itu, disebut dalam situasi pandemi.

10 dampak pandemi covid-19 makin terasa, setelah penetapan status tersebut. Mengharuskan seluruh manusia seluruh dunai merubah prilaku, tatanan, dan pola hidup. Melalui suatu protokol kesehatan (prokes), yang ditetapkan pemerintah masing-masing. Supaya tidak ikut terjangkit, dan menjadi korban.

Mula-mulai aktivitas proyek masih berjalan seperti biasa. Walau tidak menampik bahwa sebenarnya mulai timbul rasa was-was. Terutama bagi pekerja proyek yang berada di luar kota. Karena salah satu aturan dalam prokes adalah mengurangi kegiatan di luar rumah. Dan sebisa mungkin, agar dilakukan di/dari rumah saja. Sehingga kala itu, sempat santer istilah Work From Home (WFH).

 

10 dampak negatif pandemi terhadap proyek konstruksi Indonesia

Tidak lama setelah penetapan sebagai kejadian luar biasa. Prokes semakin diperketat. Dengan tujuan untuk mencegah masyarakat bepergian. Salah satunya dengan cara mem-blokade jalur ke, dan dari luar kota. Bahkan setingkat RT dan RW pun ada yang melakukan pemblokiran jalan. 10 dampak pandemi covid-19 semakin nyata sampai disini.

Masa-masa sulit yang harus dihadapi oleh pemborong/kontraktor. Akibat merebaknya covid-19, ada 10 macam. Dalam uraian berikut, sengaja dibuat secara berurutan. Agat teman-teman mengetahui dasyatnya dampak negatif pandemi ini.

 

1. Sistem kerja langsung berubah

Adanya anjuran agar mengurangi aktivitas tatap muka, dan jaga jarak. Menjadi awal berubahnya sistem kerja di lapangan (proyek). Proses konstruksi  memang tetap diusahakan berjalan maksimal. Namun bisa leluasa seperti sebelumnya. Sebab pekerja harus melengkapi diri dengan K3 tambahan prokes.

Di tingkat manajemen, 10 dampak pandemi covid-19 makin signifikan. Tatap muka langsung di tiadakan. Terutama bagi personil yang berasal dari luar kota, atau tamu proyek. Maka segala aktivitas yang bersifat manajerial dilakukan secara online. Yaitu dengan menggunakan aplikasi zoom, google meet, video call whastapp dan lain-lain.

Apakah metode tersebut efektif?. Tidak. Justru merugikan kontraktor, serta pihak-pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi. Sebab tingkat keseriusan peserta online pantas dipertanyakan. Misal pada saat negosiasi harga, rapat koordinasi, dan sebagianya. Data yang disampaikan kemungkinan besar tidak akurat. Sementara untuk membuktikan keabsahan data tersebut pun sangat sulit. Karena tidak bisa tinjau lapangan langsung.

 

2. Alat K3 bangunan bertambah

Seperti masker kesehatan, hand sanitizer, alat pengukur suhu tubuh, semprotan disinfektan, dan face leaf. Adalah merupakan alat K3 tambahan, yang wajib digunakan pekerja bangunan. Baik yang bertugas di lapangan, maupun yang berada di kantor proyek (direksi keet). Tambah lagi, kewajiban untuk melakukan sosialisasi prokes covid-19. Misalnya melalui media sosial perusahaan, buku/brosur, serta papan pengumuman yang dipasang di lapangan.

a. Biaya pengadaan alat prokes covid-19

10 dampak pandemi covid-19 sangat terbukti. Khususnya dalam hal pengadaan alat prokes. Anggaran biaya yang dibutuhkan tergolong besar. Karena untuk keperluan ratusan, bahkan ribuan orang karyawan dan staff.

Padahal item-item tersebut belum tentu tercantum dalam perjanjian borongan pekerjaan. Misalnya proyek yang baru berjalan awal covid-19. Dipastikan anggaran untuk pengadaan K3 prokes belum tercantum dalam BoQ.

b. Pengaruh menggunakan K3 tambahan pada kinerja tukang

Diakui atau tidak, sebenarnya penggunaan alat tambahan prokes, mengganggu kelancaran pembangunan. Sedianya tukang membutuhkan ruang yang leluasa ketika bekerja. Misalnya untuk melakukan komunikasi antara sesama pekerja. Namun hal tersebut tidak dianjurkan. Karena takut tertular covid.

Akibat dari kurangnya koordinasi dan komunikasi. Maka progres pekerjaan sering tidak tercapai. Sebagian lagi justru mengakibatkan kualitas pekerjaan menurun. Oleh sebab itu, K3 tambahan untuk prokes tidak efektif. Tapi membuat kinerja tukang jadi buruk.

 

3. Harga bahan bangunan naik drastis

Diantara 10 dampak pandemi covid-19, dan membuat jasa kontruksi harus putar otak, adalah terjadinya kenaikan harga material. Tidak tanggung-tangung. Untuk jasa pengadaan, dan pekerjaan kontruksi baja misalnya. Awal tahun 2020 masih berkisar Rp 18.500,-/kg. Namun saat ini sudah mencapai Rp 27.000,-/kg. Atau naik sekitar 45,9%. Drastis sekali bukan?. Berikut contoh penawaran harga baja sebelum pandemi.

Contoh penawaran harga pekerjaan baja sebelum pandemi covid-19

 

Selama 2 tahun ini, kenaikan harga bahan bangunan disinyalir karena berkurangnya produksi. Sementara produksi dikurangi, karena permintaan memang menurun. Mengapa menurun?, penyebabnya sangat banyak. Diantaranya adalah 7 poin berikut.

 

4. Proses konstruksi berjalan lambat

Terbatasnya ruang gerak manusia selama pandemi. Membuat suatu kegiatan menjadi lambat. Termasuk distribusi material yang tidak lancar. Karena banyak ruas jalan yang di portal. Mengakibatkan bahan bangunan terlambat tiba di proyek. Maka dari itu, tidak heran kalau proses konstruksi juga turut melambat.

 

5. Tagihan proyek macet

10 dampak pandemi covid-19 yang selanjutnya begini. Karena proses konstruksi berjalan lambat, otomatis penyelesaian proyek pun menjadi molor. Hal tersebut berarti pengajuan (tagihan) progres/termin tidak sesuai dengan perjanjian. Akibatnya pemberi pekerjaan kecewa. Lalu menunda pembayaran tagihan. Rumit bukan?.

Kira-kira sampai disini siapa yang salah?. Apakah kontraktor?. Sejauh pengamatan kami atas kejadian ini. Perjanjian borongan pekerjaan bangunan yang selama ini diterapkan perlu dirubah. Tapi dengan mencantumkan pandemi. Sebagai bagian dari force maojure dalam surat perjanjian.

Dengan demikian, kontraktor dapat mengajukan kenaikan harga. Atau penambahan waktu, untuk menyelesaikan pekerjaan. Dan owner harus memahami, bahwa pandemi memiliki dampak yang luar biasa terhadap pelaksanaan proyek.

 

6. Proyek mandek di tengah jalan

Urutan ke-6 dari 10 dampak pandemi covid-19. Yaitu proyek tidak realisasi sampai selesai. Atau mandek ditegah jalan. Hal ini terjadi pada umumnya karena tidak ada dana untuk meneruskan pekerjaan. Atau karena tagihan belum cair dari owner. Selama covid-19 hal ini menjadi hal yang biasa. Banyak proyek yang berhenti. Secara sengaja dan seijin pemberi pekerjaan. Atau ada pula secara sepihak.

Ketika owner menyadari, bahwa kondisi tidak memungkinkan untuk melanjutkan pekerjaan. Misalnya karena keuangan tidak mendukung. Maka pembangunan lebih baik dihentikan dengan kesepakatan bersama. Kemudian direncanakan tahap berikutnya. Metode ini sering terjadi pada saat membangun rumah tinggal. Apa boleh buat, situasi yang tidak mengijinkan. Oleh karena itu,… dampak selanjutnya begini. [Makin serius..!]

 

7. Tender proyek sangat sepi

Akibat pandemi yang berkepanjangan animo masyarakat untuk membangun menurun. Hal tersebut disebabkan oleh konsentrasi masyarakat bukan lagi untuk menambah aset. Melainkan untuk menjaga kesehatan. Oleh sebab itu, sekalipun sudah ada rencana untuk membangun, otomatis ditunda dulu.

Pola pikir seperti itu juga terjadi pada perusahaan swasta, bahkan BUMN dan BUMD. Akibatnya tender proyek sangat sepi. Hal itu diperkuat lagi dengan asumsi, bahwa dana untuk proyek-proyek pemerintah telah di alokasikan untuk penanggulangan covid-19.

 

8. Pengurangan tenaga kerja

Terjadinya 10 dampak pandemi covid-19 pada proyek bangunan. Berikut ini cukup memprihatinkan. Yakni pengurangan jam kerja, dan tenaga kerja. 2 hal tersebut terpaksa dilakukan guna menekan biaya operasional perusahaan. Sebelumnya proyek kerap menambah jam kerja (lembur), untuk mengejar target. Namun selama covid, lembur dianggap tidak efektif. Karena adanya anjuran jaga jarak, dan mengurangi interaksi.

Lebih fatalnya lagi. Tidak sedikit kontraktor yang melakukan pengurangan karyawan. Khusunya pekerja borong tenaga. Kemudian pekerjaan bangunan diganti dengan tenaga kerja harian. Demikian pula karyawan kantor tidak tetap (honor), adalah menjadi sasaran utama. Untuk diberhentikan sementara.

 

9. Terpaksa menunda membayar pajak

Walau tergolong melanggar aturan. Jalan terakhir untuk menjaga kestabilan finansial, akibat ganasnya covid-19 adalah menunda pembayaran pajak. Seperti pajak kendaraan, pajak bumi dan bangunan (PBB), atau lapor SPT. Hal ini banyak dilakukan oleh perusahaan, bahkan perorangan. Namun bukan berarti untuk menjadi contoh. Melainkan karena dalam keadaan terpaksa.

Seperti dirasakan bersama. Kebutuhan keluarga misalnya. Selama pandemi justru makin meningkat. Padahal aktivitas lebih banyak dilakukan di rumah. Apalagi perusahaan?. Bukankah gaji pegawai harus dibayar penuh, walau bekerja dari rumah?. Persoalan selanjutnya, efektifkah karyawan bila bekerja di rumah?. Sangat dilema bukan?.

 

10. Jasa konstruksi banyak yang pailit

Ke- 10 dampak pandemi covid-19 adalah banyaknya perusahaan kontraktor yang pailit. Pailit, atau penutupan perusahaan ada 2 macam, yaitu secara sengaja, dan tidak sengaja.

Pailit secara sengaja terpaksa dilakukan karena kondisi keuangan sudah minus. Alias besar pasak daripada tiang. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan, bahwa tidak ada lagi solusi untuk mengatasi masalah keuangan perusahaan. Sekalipun memiliki dana pinjaman dari pihak ketiga.

Sementara itu, pailit secara tidak sengaja. Atau boleh disebut karena takdir. Seperti yang dialami oleh sebuah kontraktor baja, di kota Semarang. Sang direktur terjangkit covid dan meninggal. Akhirnya perusahaan dinyatakan pailit. Selain karena tidak memiliki penerus, utang perusahaan juga ternyata banyak. Amit-amit.

 

[Penutup] Hikmah dari pandemi yang berkepanjangan bagi kontraktor

Faktanya walau sudah mengalami masa-masa sulit, selama 2 tahun lebih. Toh masih banyak kontraktor yang bertahan, menyelesaikan proyek tepat waktu dan berkualitas bagus, taat pajak, serta melakukan kewajiban kepada pengawai dengan baik.

Adalah menjadi pengalaman berharga bagi perusahaan. Dan pantas untuk di apresiasi, serta di teladani. Sebab selama pandemi banyak yang memanfaatkan keadaan, untuk kepentingan pribadi. Tapi, tentunya bukan kontraktor, atau sub kontraktor.

Demikian penjelasan mengenai 10 dampak pandemi covid-19 terhadap proyek bangunan. Semoga pandemi ini menjadi pembelajaran, untuk masa dan generasi yang akan datang. Di harapkan tidak terulang kembali.  Jikalau terjadi kasus yang mirip. Moga dapat di antisipasi dengan baik. Supaya tidak berkepanjangan. Serta tidak membawa kecelakaan bagi manusia. Khususnya tukang bangunan, maupun perusahaan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Butuh bantuan untuk Desain Arsitek dan Konstruksi baja? Ayo chat dengan kami!