Era digital saat ini mengharuskan semua orang melakukan inovasi pada bidang keahlian masing-masing, agar tidak ketinggalan zaman atau gaptek. Dari hal-hal lama yang masih konvensional, harus mencari cara atau metode baru untuk mengimplementasikan keahlian pada masyarakat global. Tahun 90-an mahasiswa dan arsitek melakukan desain masih secara manual (free hand) pada meja gambar. Namun semenjak komputer ada, para mahasiswa dan arsitek beralih, melakukan desain dengan menggunakan program software komputer. Itulah salah satu inovasi arsitek!
Bagaimana dengan anda, apakah sudah melakukan inovasi?
Bagi arsitek millenial yang lahir awal tahun 1990an atau yang lulus kuliah sekitar tahun 2014 keatas, mengoperasikan perangkat komputer sudah tidak asing. Sejak kecil mereka telah mengenal perangkat komputer, sehingga hampir semua software bisa mereka operasikan. Mulai software yang berbasis pengolahan data, desain grafis bahkan game online. Generasi ini bisa mahir komputer dan mengenal internet, berkat dukungan prasarana jaringan internet waktu itu sudah generasi ke-3 atau 3G, yaitu semenjak tahun 2003. Bagi mereka pertama diperkenalkan teknologi komputer berbasis digital, sehingga arsitek generasi ini yang paling siap menghadapi globalisasi dan era digital. Karena secara tidak langsung mereka telah dibekali 2 ilmu sekaligus. Yaitu pengetahuan komputer dan ilmu kejuruan yang mereka pelajari selama perkuliahan.
Lalu bagaimana dengan arsitek yang lulus ditahun-tahun sebelumnya?. Apakah inovasi yang dimaksud tujukan khusus bagi mereka saja? Tentu tidak.
Baik arsitek millenial atau arsitek sebelumnya perlu sama-sama melakukan inovasi. Walau tak kita pungkiri tugas terberatnya ada bagi arsitek yang lulus sebelum jaringan 3G. Hal tersebut sebabkan pengetahuan mereka tentang komputer relatif minim, sehingga mau tidak mau harus mengejar ketertinggalan mereka pada bidang pengoperasian komputer.
Apa tantangan arsitek saat ini, sehingga harus berinovasi?
1). Globalisasi
Bagi arsitek yang sudah terkenal sekalipun belum tentu sudah siap menghadapi persaingan saat ini. Mungkin saja dia telah memiliki banyak klien dan jasa yang diterima sesuai dengan standar honorarium arsitek Indonesia. Fakta persaingan yang dihadapi arsitek kini, tidak sebatas internal regional saja namun sudah tingkat internasional. Disadari atau tidak persaingan global kalangan arsitek sudah mulai sejak 5 tahun yang lalu.
Bagaimana persaingan global itu terjadi bagi arsitek?. Begini, sejalan dengan program pemerintah yang membuka jalan selebar-lebarnya bagi investor asing masuk Indonesia, disana juga potensi arsitek asing masuk secara tidak langsung. Caranya, ketika investor memutuskan ekspansi membangun pabrik di Indonesia. Ada diantaranya, mereka membawa blue print pabrik mereka yang sudah ada diluar negeri. Lalu, apa yang dapat arsitek dalam negeri dengan kejadian seperti itu?.Tidak ada. Anda menjadi penonton atau paling ‘banter’ sebatas drafter, yang beri tugas ngeblat blue print tersebut ke versi berbahasa Indonesia.
Gambar diatas adalah blue print rancangan arsitek asing yang dibawa oleh investor ke Indonesia, untuk pembangunan pabriknya di pulau Jawa, tahun 2015 lalu. Dokumen yang dibawa dari luar negeri cukup lengkap dan detail, seperti Bill Of Quantity (BoQ) serta desain 3D.
2). Big data
Secara tidak langsung menjadi tantangan tersendiri lagi bagi arsitek masa kini adalah Big data. Yaitu himpunan rekam jejak seluruh pengguna internet yang meninggalkan data di dunia maya. Data apa saja?, salah satunya adalah gambar-gambar desain berbagai macam bangunan dari seluruh belahan dunia, yang diposting di internet.
Gambar ini menunjukkan betapa masyarakat global telah dimanjakan dengan berbagai macam pilihan desain, secara terbuka dan gratis. Lalu tantangannya apa?. Tantangannya ketika calon klien berkonsultasi dengan anda dan membawa beberapa gambar desain download-an dari Google. Pernah anda alami berkompetisi dengan data?. Bagaimana perasaan anda saat melihat desain-desain yang mereka referensikan itu?. Mental anda down atau biasa saja?
Ini tantangan baru, begitu banyak contoh desain bangunan kita temukan dalam internet. Tidak menutup kemungkinan orang akan membangun hanya mengandalkan gambar desain dari internet tersebut, tanpa perlu memakai jasa arsitek. Atau hanya memanggil seorang drafter lulusan SMK jurusan bangunan, guna membuat sedikit review atau gambar detail. Ambyiar kan sobat?
3). Regulasi
Sejak tahun 2017 arsitek Indonesia telah memiliki landasan hukum untuk menjalankan praktik profesi, yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2017. UU ini efektif berlaku sejak tahun 2019 lalu, 2 tahun setelah pengesahan. Namun sampai sekarang belum ada turunan yang mengatur teknis dan tata laksana secara detail praktik arsitek. Misal peraturan dari pemerintah, peraturan menteri oleh kementian terkait dan pergub/perda, yaitu arsitek berdomisili dan melakukan praktik.
Situasi seperti ini membawa dinamika tersendiri bagi arsitek tengah persaingan global. Jika menunggu sampai semua peraturan sempurna, kapan arsitek ikut berkompetisi? Bukankah era digital saat ini telah membuka lebar tingkap-tingkap kompetisi itu?.
Ada banyak tantangan lagi yang mungkin akan anda hadapi, apakah anda harus meyerah? Tentu tidak. Lakukan inovasi dan dimulai lebih awal, yaitu sekarang. Dengan melakukan inovasi selain meningkatkan kompetensi, anda lebih profesional menghadapi tantangan tersebut.
Seperti apa bentuk inovasi arsitek masa kini?
1). Inovasi meningkatkan kompetensi berbasis multi skill.
Frank Barron, seorang psikolog dan filsuf Amerika menyebut arsitek mewakili domain profesi kreatif, yaitu sebagai praktisi, ilmuwan sekaligus seniman (1990). Mari jadikan ini motivasi untuk mulai meningkatkan kompetensi. Peluang melakukan ekspansi kompetensi sangat mungkin anda lakukan, bahkan untuk berkolaborasi dengan profesi keillmuan lain pun terbuka. Merujuk pendapat Frank Barron tersebut, arsitek bisa melakukan inovasi sesuai dengan kelompok pilihan berikut:
Jika pilihaan anda praktisi
- Anda tidak cukup hanya mahir dalam desain dan perancangan arsitektur. Anda bisa mendalami pengetahuan tentang struktur bangunan, hukum properti atau managemen konstruksi.
Jika pilihaan anda ilmuwan
- Lingkup keahlian anda tidak berhenti pada bidang kajian dan penelitian, atau observasi pada bangunan-bangunan masa lampau saja. Anda bisa melakukan improvisasi, misalnya bagaimana bentuk hunian masa depan akibat perobahan perilaku dan kebutuhan manusia saat ini.
Jika pilihaan anda seniman
- Anda tidak berorientasi pada estetika yang berhubungan dengan eksterior dan interior bangunan saja. Kompetensi lain anda bisa kembangkan kebidang dekorasi, desain grafis, lanskap dan pelestarian lingkungan.
2). Inovasi menguasai bahasa Inggris atau Mandarin.
Anda menghadapi globalisasi tanpa menguasai salah satu bahasa internasional? Jika iya, berarti anda butuh penerjemah guna mendampingi anda, misal saat presentasi dengan calon klien asing. Anda bisa bayangkan kemungkinannya, bisa menarik perhatian mereka atau tidak. Yang pasti 1 Peluang anda untuk mendapat kredit point dari mereka lepas.
Anda yang harus melakukannya sendiri, mengapa? Alasannya, umpama contoh kasus kita pilih bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris ada banyak terjemahan yang tidak pas, yang berkaitan dengan istilah-istilah bangunan yang ada dalam bahasa Indonesia.
Misal kata: KERPUS; NOK; PATOK; SOPI-SOPI; TANAH URUG dan lain sebagainya. Kata-kata tersebut jika kita terjemahkan kedalam bahasa Inggris, tidak pas maknanya dengan apa yang sebenarnya maksud dalam bahasa Indonesia.
Lalu, bagaimana anda yakin penerjemah anda faham tentang bangunan, sehingga bisa menerjemahkan persis seperti apa yang anda maksud untuk disampaikan kepada calon klien anda.
Mendapat klien orang asing tidak semudah anda menjual produk barang, ke sesama warga Indonesia. Prosesnya panjang sampai mereka bersedia membayar jasa anda. Kemudian, apakah komunikasi dengan mereka berhenti? Tentu tidak. Mereka dan anda sendiri pun sama-sama ingin berkesinambungan, paling tidak hingga desain anda selesai.
Pertannyaan, apakah selama proses itu berlangsung penerjemah selalu mendampingi anda?. Atau si calon klien yang harus mengalah menbawa penerjemah untuk anda?. Itu sebabnya anda yang harus lakukan sendiri, Mulai sekarang belajar salah satu bahasa internasional, sebab ada kredit poin bagi anda dari sana.
3). Inovasi memasarkan jasa melalui internet.
Memasarkan jasa lewat internet bagi arsitek millenial bukan hal sulit. Banyak layanan internet yang bisa kita manfaatkan untuk melakukan promosi, misal media sosial, blog pribadi dan website. Anda tinggal memaksimalkannya, bagaimana agar jejaring anda menjadi klien. Kuncinya sukses anda memasarkan jasa melalui internet adalah interaksi, komunikasi dan promosi. Semakin aktif dan efisien anda melakukan 3 hal tersebut, peluang anda mendapat klien dari dunia maya besar.
Tambah lagi, ketika anda telah berhasil melakukan inovasi seperti poin 1 & 2, arsitek multi skil yang sekaligus menguasai bahasa Inggris. Bisa bayangkan potensi pasar anda sudah terbuka lebar hingga keluar negeri.
Singkatnya, bukan mustahil arsitek memiliki kompetensi multi skill. Materi dasar bagi arsitek melakukan ekspansi keilmuan sudah bekal sejak kuliah. Contoh-contoh inovasi terebut sesungguhnya adalah materi pembelajaran mata kuliah, yang para dosen ajarkan pada jurusan arsitektur. Anda harus mulai sekarang.