Koefisien material baja yang terdapat dalam AHSP, sejauh ini boleh disebut kurang lengkap. Karena material yang disebut beberapa jenis. Dan hanya dalam hitungan jari. Padahal jumlah baja profil saat ini hampir 20 macam. Belum lagi ditambah dengan baja ringan.
Dengan dasar itu, artikel ini menjelaskan cara menyusun AHSP baja yang benar. Menurut sifat konstruksi dan jenis material yang digunakan. Supaya teman-teman mampu membuat penawaran harga yang terbaik, kompetitif dan realistis.
Pengertian, hakikat dan manfaat koefisien
Koefisien material baja konstruksi artinya indeks kebutuhan material baja untuk konstruksi bangunan. Lengkap dengan satuan dan nilai koefisien yang bersifat baku. Artinya tidak boleh lebih, dan tidak boleh dikurangi. Sebab yang menetapkan koefisien tersebut adalah pemerintah. Dalam hal ini diwakili oleh pemda setempat. Dan berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia.
Koefisien material baja adalah salah satu unsur yang dibutuhkan untuk menghitung harga satuan pekerjaan. Unsur lain yang menjadi satu kesatuan dengan analisa harga satuan adalah tenaga kerja, serta alat. Contoh AHSP konstruksi baja seperti tabel di bawah ini. Sementara itu, contoh analisa harga satuan pekerjaan baja. Dapat Anda pelajari melalui tautan ini.
Koefisien bahan untuk pekerjaan baja umum
Pekerjaan baja yang bersifat umum maksudnya adalah merujuk pada bentuk dan kepopuleran material. Misalnya konstruksi gudang yang menggunakan baja WF. Atau rangka atap rumah yang terbuat dari besi siku cremona.
Sebagaimana kita ketahui, 2 jenis material tersebut selalu menjadi prioritas untuk bahan konstruksi. Sedangkan konstruksi gudang dan rangka atap, sudah familiar bagi masyarakat. Maka dari itu, layak disebut sebagai pekerjaan baja umum.
a. Daftar kode dan koefisien material besi
Seperti kami singgung sebelumnya, dari sekian banyaknya material baja. Yang terdaftar dalam AHSP bangunan hanya 7 macam. Yaitu kode:
- M.157 = Besi beton polos U-24
- M.158 = Besi ulir U-32
- M.161 = Baja profil
- M.162 = Besi siku
- M.163 = Besi strip (strip plat)
- M.164 = Plat baja
- M.166 = Besi stal kotak
Nilai koefisien material baja, jika digunakan untuk konstruksi bangunan ternyata sama. Yaitu 1,15/kg. Namun, apabila digunakan untuk pekerjaan lain. Koefisien material-material tersebut menjadi berubah.
Contoh, besi siku. Ketika digunakan untuk material pintu. Maka nilai koefisien besi siku menjadi 15,0 kg/m². Unik bukan?. Bukankah mengerjakan pintu besi lebih mudah dibanding konstruksi baja?. Lalu, dengan menggunakan satuan m². Apakah harga satuan pintu jamin lebih akurat dan kompetitif?.
b. Contoh AHSP baja profil, dampak dan solusi
Implementasi koefisien dalam AHSP seperti berikut. Misalnya baja WF, ketika digunakan sebagai kolom, balok dak, maupun kuda-kuda. Tetap mengacu pada nilai koefisien. Sehingga dipastikan harga satuan pekerjaan menjadi sama.
Contoh, harga rata-rata besi WF adalah Rp 21.000,-/kg. Maka dalam analisa harga satuan menjadi:
= 1,15 x Rp 21.000,-
= Rp 24.150,-
Pertanyaan, apakah harga material tersebut berlaku untuk semua pekerjaan konstruksi?. Seharusnya tidak. Sebab proses pabrikasi dan pemasangan baja tidak sama. Atau dengan kata lain, tingkat kesulitan pekerjaan baja selalu berbeda-beda.
Oleh sebab itu, kontraktor harus cermat. Supaya tidak rugi. Caranya adalah merinci alat kerja yang digunakan untuk masing-masing pekerjaan. Jikalau memang alat tersebut belum termasuk dalam AHSP.
Dampak koefisien yang sama terhadap konstruksi khusus
Koefisien material baja konstruksi khusus. Misalnya pipa yang digunakan untuk kuda-kuda lengkung. Karena terjadi proses bending terhadap pipa, yang tidak dialami oleh material konstruksi lain. Ditambah lagi, sistem sambungan pipa yang mengandalkan las. Mengakibatkan pabrikasi pipa jauh lebih lama, diantara semua jenis material baja.
Seharusnya koefisien besi pipa lebih besar. Sehinga biaya pelaksanaan bending terakomodir dalam harga satuan pekerjaan. Namun, karena koefisien material baja ditentukan sama. Maka biaya bending wajib Anda hitung secara terpisah. Lebih lengkap mengenai hal tersebut. Silahkan Anda baca dalam artikel ini.
Contoh lain konstruksi yang bersifat khusus adalah baja kastela. Proses pemotongan dan pengelasan yang lama. Untuk menyatukan kembali baja WF. Membutuhkan peralatan yang banyak, serta biaya yang besar. Sehingga kontraktor harus menaikkan harga satuan pekerjaan dari biasanya. Supaya aman. Contoh baja kastela seperti gambar berikut.
Jurus ampuh agar memiliki harga penawaran baja yang bagus
Bilamana Anda mengganggap koefisien material terlalu rendah. Jangan sekali-kali merubah nilai koefisien. Tapi, Anda bikin analisa harga satuan yang baru. Memuat unsur-unsur yang belum tercantum dalam AHSP. Supaya transparan.
Dengan demikian, penawaran harga yang Anda ajukan, tetap mengacu pada AHSP yang diterbitkan oleh pemerintah. Tapi, didalamnya telah termasuk biaya-biaya tambahan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. Itu baru namanya realistis.
Perbedaan fungsi koefisien pada pekerjaan baja
Beda dengan pekerjaan bangunan yang lain. Koefisien material baja digunakan untuk analisa harga satuan pekerjaan saja. Bukan untuk menghitung kebutuhan bahan. Harap dicatat. Acuan untuk menghitung kebutuhan material konstruksi baja adalah gambar kerja (Shop Drawing).
Bilamana Anda menggunakan koefisien sebagai dasar untuk menghitung kebutuhan material baja. Dipastikan material baja akan lebih. Sebab dalam koefisien material baja terdapat nilai toleransi yang cukup besar. Yaitu 0,15. Atau 15% dari yang sebenarnya. Sisi lain, nilai koefisien tersebut tidak mewakili semua jenis pekerjaan konstruksi baja. Sebagaimana telah dijelaskan di awal.
[Kesimpulan] Dampak dan solusi bagi kontraktor baja
Atas ketimpangan nilai koefisien baja. Dampak yang harus diwaspadai oleh pelaku konstruksi adalah:
- Harga satuan pekerjaan terlalu murah, atau tinggi.
- Proyek gagal realisasi,
- Mengalami kerugian materi, dan materil.
Guna mencegah 3 hal tersebut. Caranya seperti berikut:
- Mengajukan penawaran harga sesuai dengan realita.
- Membuat harga satuan secara detail. Yakni berdasarkan jenis material, dan bentuk konstruksi. Jangan random.
- Analisa harga satuan harus transparan. Supaya mudah di kros cek.
- Jangan menghitung kebutuhan material berdasarkan koefisien baja.
Demikian penjelasan mengenai koefisien material baja konstruksi. Serta dampak yang harus Anda antisipasi sejak awal. Semoga bermanfaat.