Sebuah rumah yang nyaman memang jadi impian setiap keluarga. Namun jangan lupa, kenyamanan tak melulu diperoleh dari bangunan rumah. Tapi dari kehangatan, dan keharmonisan komunikasi antar-anggota keluarga. Itu rahasia rumah idaman nan nyaman.
Rumahku adalah istanaku (home sweet home)
Istilah ini pertama sekali dilontarkan oleh Jhon Howard Payne. Dalam sebuah opera Clari, Maid of Milan. Mengisahkan pentingnya sebuah rumah. Tempat kita untuk pulang setelah lama beraktivitas di luar. Apakah yang dimaksud milik sendiri?. Tidak. Di manapun kita menuju untuk pulang, sebenarnya tempat itulah rumah kita.
Bagaimana cara mewujudkan ruman idaman nan nyaman?. Sebelumnya ketahui dulu 3 hal berikut:
1. Hubungan antara rumah dan penghuni
Rumah adalah sebuah benda mati, tapi penghuninya-lah yang membuatnya jadi hidup. Layaknya menjadi sebuah istana. Bukan orang lain, atau sang arsitek yang merancang bangunan tersebut.
Rumah dengan manusia memiliki hubungan timbal balik. Dan, saling mempengaruhi. Dari sisi kebutuhan. Semua manusia ingin punya rumah idaman nan nyaman. Sebaliknya, se-mewah apapun sebuah rumah, jika tidak di tinggali (huni), maka akan rusak.
Hal ini sering kita temui di kawasan permukiman. Entah sudah ada pemiliknya tapi tidak di tempati. Atau, karena belum laku terjual. Banyak rumah-rumah mewah yang tidak di urus. Sisi lain, masih ada yang membuat “istana” di tempat-tempat yang tidak layak. Seperti bantaran kali, dan kolong jembatan.
2. “Istana” ternyata tidak harus mewah
Ditinjau dari cara menikmati hidup. Apakah orang yang memiliki rumah mewah, jamin lebih bahagia?. Arau, pertanyaan kita balik. Apakah orang yang tinggal di bawah kolong jembatan tidak bisa menikmati hidup?.
Hal ini benar-benar menjadi sebuah perenungan. Supaya tidak lupa bersyukur. Se-sederhana apapun istana yang kita miliki saat ini. Itulah rumah idaman nan nyaman bagi kita. Toh, yang menikmati adalah kita sendiri. Dan, yang menciptakan kenikmatan itu juga kita sendiri, dengan se-ijin Yang Maha Kuasa.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan rumah
Selain faktor-faktor eksternal, sebagaimana telah di bahas di atas. Diantaranya dari sudut pandang ekspektasi, eksistensi, dan reaksi setelah memiliki rumah. Apakah bersyukur, atau justru merasa semakin kekurangan?.
Yang jelas ada faktor lain, justru yang paling utama. Membuat rumah idaman nan nyaman segera realisasi. Adalah faktor internal bangunan itu sendiri, antara lain:
1. Pekarangan rumah (letak lahan),
2. Lingkungan sosial (tetangga),
3. Jenis material yang digunakan untuk bangunan rumah,
4. Tata letak ruang (denah/lay out ruangan).
Tips mewujudkan rumah impian
Hal ini berlaku untuk semua jenis, dan ukuran rumah. Cara menciptakan rumah idaman nan nyaman ada, 3 tahap yaitu:
a. Membentuk zona nyaman dalam rumah
Utamanya dalam rumah. Selain memperhatikan hubungan manusia dengan benda-benda rumah. Antara sesama anggota keluarga juga mempengaruhi suasana dalam rumah.
Maka dari itu, harus ada komunikasi. Agar rumah jadi “hidup”. Kalau, semua asyik dengan aktivitas masing-masing. Suasana aka jadi sepi. Apakah hal demikian, tidak sama dengan rumah yang tak berpenghuni?.
Jadi, konteks zona nyaman yang kami maksud disini bukan sekedar jarak. Antara benda-benda rumah, benda dengan penghuni, dan/atau sesama penghuni rumah. Tapi, interaksi dari jarak itu sendiri. Apakah ada, atau pasif. Layaknya benda mati.
Misalnya antara ibu, dan anak perempuan. Umumnya memiliki hubungan emosional yang tinggi. Tapi, saat ini tidak heran lagi kalau sudah makin jauh. Karena, sibuk dengan smartphone masing-masing. Parahnya lagi, duduk satu tempat. Tapi tidak ada pembicaraan sama sekali. Miris bukan?.
b. Menempatkan benda-benda dengan tepat dan benar
Tips berikutnya membuat rumah idaman nan nyaman. Jangan menaruh, dan menambah benda sembarangan. Yang akan di letakkan di luar, maupun di dalam rumah.
Sebaiknya barang-barang tersebut memang yang benar-benar dibutuhkan. Untun menunjang aktivitas saat itu. Lalu, bagaimana dengan barang bekas?. Simpan di gudang.
Sisi lain tentang penempatan benda-benda dalam rumah idaman nan nyaman. Adalah harus sesuai dengan fungsi ruang. Misal sofa. Paling pas tempatnya di ruang keluarga.
Contoh lain, photo keluarga. Karena berukuran besar, pantasnya ditempel di dinding ruang keluarga juga. Jangan di ruang tamu. Karena ruang tamu relatif kecil. Pula, tergolong area publik. Sementara photo keluarga sifatnya privat.
c. “Menyulap” rumah jadi cantik
Adalah dimulai dari dalam rumah. Usaha ini selain menyangkut tata letak barang, pula unsur-unsur lain yang terdapat pada sebuah ruang. Misalnya bukaan pintu dan jendela, warna cat, besar (luas/tinggi) ruangan, dan fungsi.
Layak disebut cantik, bukan berarti unsur-unsur tersebut harus mewah. Atau terbuat dari material yang mahal. Tapi, harus selaras dan bersih. Contoh dalam hal ukuran pintu. Standar untuk ruangan adalah 90×210 cm. Nah, penempatannya adalah sesuai dengan fungsi ruang.
Setelah bagian dalam sudah cantik. Prioritas selanjutnya adalah bagian luar. Bagaimanapun memiliki rumah idaman nan nyaman adalah suatu kebanggaan. Dan, hal itu lebih sempurna jikalau bisa di nikmati oleh orang lain. Oleh sebab itu, tampilan luar bangunan perlu dibuat cantik.
Dalam hal bentuk desain, jikalau tidak memungkinkan. Karena keterbatasan dana. Maka, tidak perlu melakukan perubahan. Tapi, hanya merubah warna cat. Supaya tampak mewah, dan baru.
[Penutup] Rumah mewah belum tentu nyaman
Mewah tidaknya rumah sebaiknya tidak dinilai dari tampilan fisik saja. Tapi, tercapai atau tidak tujuan pembangunan rumah bagi penghuni. Dan, berdampak positif-kah rumah mewah tersebut bagi warga sekitar?. Jangan-jangan menimbulkan kesenjangan sosial.
Secara jujur, sebagai arsitek kami merasa sia-sia. Jika telah merancang rumah idaman nan nyaman, tapi ternyata tidak terealisasi dengan baik. Dan, berdampak negatif bagi lingkungan. Lebih baik pilih rumah sederhana / minimalis, tapi benar-benar menjadi sebuah istana. Indah sekali bukan?.