Nats ini adalah khotbah minggu yang dipercayakan oleh Majelis GKPS Semarang. Untuk saya sampaikan ditengah-tengah umat GKPS kota Pekalongan. Tanggal, 7 Mei 2023. Dalam rangka tukar mimbar antara majelis jemaat se-GKPS Resort Yogyakarta. Bahan khotbah ini saya susun atas petujuk dan pertolongan Roh Kudus.
Latar belakang khotbah
Nats ini secara khusus berisi tentang sejarah pengembalian Tabut Perjanjian ke Jerusalem. Dimana sebelumnya selama 20 tahun dikuasai oleh Palistin. Dan, proses pengembalian itu sendiri sebenarnya telah pernah gagal. Sehingga Tabut Perjanjian tersebut harus di simpan di rumah salah satu suku Israel.
Atas kesuksesan “misi” ini lah dasar bagi Daud untuk menaikkan lagu puji-pujian kepada Tuhan. Karena raja Daud menyadari tanpa campur tangan, dan se-izin Tuhan, mustahil Tabut Perjanjian bisa sampai di Jerusalem. Bukan oleh kekuatan, atau karena kemahiran Raja Daud dalam berperang.
Bahkan dalam ayat-ayat sebelumnya dikatakan proses penjemputan Tabut Perjanjian itu, mengerahkan 3.000 orang suku Lewi untuk bernyanyi selama perjalanan. Hal ini sebagai bukti bahwa Raja Daud menyadari bahwa Kidung Nyanyian memiliki kekuatan yang sama besarnya dengan Doa. Apalagi Nyanyian itu dilantunkan oleh orang-orang khusus. Dalam hal ini adalah suku Lewi. Yang mana kita ketahui suku Lewi adalah salah satu suku Israel yang memiliki tugas khusus. Yaitu sebagai imam, maupun pelayan di Bait Allah.
Yang kedua. Tujuan Daud mengerahkan 3.000 orang arak-arakan sambil bernyanyi memuji Tuhan. Adalah untuk memastikan supaya proses penjemputan Tabut Perjanjian itu tidak gagal lagi. Sampai disini usaha Daud memang berhasil. Tuhan menyertai perjalanan mereka hingga tiba di Jerusalem dengan selamat.
Fenomena terbalik dalam Nats
Kalau mau jujur. Dibalik kisah sukses raja Daud membawa pulang Tabut Perjanjian. Sebenarnya masih ada 1 cita-cita raja Daud yang belum tercapai. Bahkan tidak bakal terpenuhi. Karena Tuhan tidak mengizinkan. Apa itu?. Yaitu membangun bait Allah. Mengapa tidak di izinkan?. Karena tangan raja Daud penuh darah. Kehidupan Daud tidak lepas dari peperangan.
Oleh sebab itu setibanya di Jerusalem, Tabut Perjanjian ditempatkan di dalam sebuah kemah besar. Atau yang sering kita kenal dengan istilah Kemah Daud. Namun demikian, sekalipun ada impian yang tidak bisa Daud raih dalam hidupnya. Hal itu bukanlah alasan bagi dia untuk tidak memberitakan kemuliaan, keselamatan, dan kebaikan Tuhan. Disebut dalam ayat 24. Perbuatan-perbuatanNya sangat Ajaib. Tiada tandingan bagi allah-allah dari bangsa-bangsa yang lain.
Sampai disini, kita catat poin pertama. Kaitannya dengan khotbah minggu kemitraan. Yaitu, bahwa Semangat kemitraan harus berkesinambungan, dan diwariskan turun temurun.
Dari segi keuangan raja Daud bukan tidak sanggup membangun Bait Allah yang megah. Tapi, ketika Tuhan menolak. Daud sadar bahwa impian tersebut tetap bisa terealisasi. Daud tahu Tuhan punya rencana yang terbaik, sekalipun kadang sulit untuk di mengerti. Bahwa kelak keturunannya (anak Daud: Salomo) lah yang akan merealisasikan pembangunan rumah ibadah tersebut.
Maka dari itu saudara-saudara seiman. Jangan mudah putus asa. Sesekali Tuhan menginginkan agar kesuksesan itu juga berkesinambungan kepada keturunan kita. Sehingga Ia mengizinkan beberapa kegagalan harus kita hadapi saat ini.
Bukankah hal itu rencana yang luar biasa, daripada kesuksesan kita raih saat ini. Semua dalam keadaan yang sempurna, tapi generasi kita yang berikutnya jadi tidak punya prestasi apa-apa?. Anda pilih yang mana?. Seperti Daud bukan?. “Bernyanyilah bagi Tuhan” sekalipun Anda dalam pergumulan berat!.
Bicara soal generasi sobat sekalian. Sebagaimana pernah saya sampaikan pada saat Sinode Resort Tahun 2021. Khusus di Resort kita ini (GKPS Resort Yogyakarta). Terus terang hanya GKPS Pekalongan yang sukses melakukan suksesi (artinya: peng-kaderan generasi muda sebagi calon pemimpin di masa yang akan datang).
2 orang PMJ (Pimpinan Majelis Jemaat) GKPS Pekalongan saat ini dibawah usia 40.tahun. itu artinya 20-25 tahun kedepan GKPS Pekalongan sudah punya pemimpin. Puji Tuhan.
Kerangka khotbah 1 Tawarikh 16 : 23-28
Penjelasan tentang tempat, kapan, dan siapa saja yang harus menyanyikan lagu puji-pujian?. Jelas terlihat dalam Ayat 23-24. Yaitu setiap hari, oleh seluruh mahluk yang ada di bumi tanpa kecuali. Serta, hanya kepada Tuhan.
Selanjutnya, Kita telusuri dari segi pemeran (aktor) dalam nats ini. Selain raja Daud. Sebagaimana disebutkan dalam Judul Utama nats ini adalah “Nyanyian Puji-pujian Daud”. Aktor lain yang terlibat secara langsung dalam nats ini adalah para Biduan/Singer yang bertugas di dalam kemah tersebut. Yaitu dari keluarga Arshaf. Juga berasal dari suku Lewi.
Point ke-2 yang harus kita catat sebagai pesan minggu kemitraan disini ialah “Kerjasama antara pelayan didalam rumah Tuhan sangat dibutuhkan. Dan, harus ditingkatkan dari waktu ke waktu”.
Sebagaimana kita ketahui, pembagian tugas terhadap 12 suku Israel telah tertata dengan baik sejak kepemimpinan Nabi Musa. Oleh sebab itu, sekalipun Daud adalah raja Israel, yang memiliki kekuasaan penuh dalam hal pemerintahan. Tetapi, dia tetap membutuhkan mitra kerja dalam hal urusan Rohani. Dan, Daud hanya boleh melakukan itu dengan suku Lewi. Termasuk untuk menaikkan lagu puji-pujian kepada Tuhan.
Firman Tuhan untuk seluruh umat kristen begini
Perintah yang tersirat dalam khotbah minggu ini ada 3, yaitu:
1. Bernyanyilah bagi Tuhan hai segenap bumi
Segala bumi maksudnya adalah semua tempat, dan bagi semua mahluk hidup. Baik yang berada dalam air, di dalam tanah, di atas permukaan tanah. Maupun di udara. Semua harus bernanyi memuji, dan memasyurkan nama Tuhan. Apakah hal itu mungkin terjadi?. Mengapa tidak!.
Tidak hanya manusia. Burung-burung di udara pun bisa melakukan hal yang sama. Kicauan burung adalah sebagai interprestasi sebuah pujian kepada sang Pencipta. Terutama saat hujan reda. Demikian pula binatang-binatang yang lain. Hanya saja bahasa dan sarana yang mereka gunakan untuk berkomunikasi dengan tidak kita tahu.
Sampai disini poin ke-3 tentang kemitraan yang dituntut dari umat Tuhan. Adalah Pentingnya menjaga kelestarian alam sebagai satu-satunya warisan terbesar dari Tuhan Allah. Agar bisa kita wariskan juga kepada generasi berikutnya sebagaimana aslinya ketika Tuhan ciptakan.
Persoalannya apakah kita telah berbuat seperti apa yang diharapkan?. Saya kira belum sepenuhnya. Buktinya masih terjadi banjir bandang, perburuan hewan-hewan yang di lindungi. dan, issu terakhir adalah gelombang panas. Itu semua karena tingkah laku manusia yang lalai dari tugas, dan tanggungjawab yang telah di emban sebagai mahluk yang paling mulia diantara segala ciptaan Tuhan.
2. Khabarkan-lah keselamatan yang dari Tuhan dari hari ke hari
Dalam bahasa Simalungun kata khabarkan-lah diterjemahkan lebih spesifik. Yaitu “Ambilankon ma”. Artinya umat Tuhan harus memberi waktu yang khusus, dan dalam acara yang formal untuk menyampaikan puji-pujian kepada Tuhan. Khusuk, terencana, dan terjadwal.
Bukan hanya pada saat kita dalam keadaan senang. Maka mengabarkan keselamatan dari Tuhan. Tapi, setiap saat. Dalam nats khotbah minggu ini disebut dari hari ke hari. Tidak ada batasan berapa jam, menit atau detik. Tapi, siang dan malam.
Pertanyaannya acara formal yang bagaimana?. Trus saya kan bukan hamba Tuhan, yang pintar berkotbah. Acara formal maksudnya adalah datang ke gereja, hadir dalam persekutuan keluarga dan lain sebagainya. Sekalipun Anda hanya sebagai pendengar dalam ibadah minggu. Secara tidak langsung Anda sudah menjadi transformator khotbah kepada orang lain. Minimal melalui perbuatan, dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ceritakanlah kemulian-Nya bagi segala suku dan bangsa (Refleksi)
Kata “ceritakanlah” disini konotasinya adalah dalam acara non formal. Artinya bisa melalui medsos, Facebook, IG, chating WA, atau pada saat santai. Ketika nongkrong misalnya. Nah, yang menjadi persoalan bagi umat sekarang ini adalah tidak bisa membedakan tempat, konteks pembicaraan, maupun situasi. Sehingga alamat pemujian, dan metode yang digunakan tidak pas. Akhirnya jatuh pada konsumerisme.
Mengapa saya sebut demikian?. Karena banyak orang kristen saat ini tidak menyadari bahwa saat ini tengah hidup di dalam 3 dunia sekaligus. Istilah lain sering saya sebut 1 Raga 3 Dunia. Yaitu:
Dunia Roh Kudus (Kerajaan Sorga di Bumi)
Tempat Suci dimana rohani bertumbuh dengan melakukan Tri-tugas grejawi. Tempatnya yang tidak kasat mata (terlihat) namun di imani ‘dunia” ini ada dalam jiwa masing-masing pribadi orang percaya. Tempat itu telah ada, disediakan sejak Pentakosta. Sebagai anugerah dari Allah untuk semua manusia tanpa kecuali setelah kenaikan Yesus Kristus.
Yang menjadi pertanyaan. Apakah ruang (tempat) itu kita isi dengan Kebenaran Firman, Nyanyian Puji-pujian dan Kasih. Atau kita biarkan kosong, hampa dan terbengkalai karena sibuk di dunia yang lainnya?. Sebaiknya adalah sebagai ruang untuk mendengar, mengamalkan dan mengaplikasikan khotbah minggu.
Dunia Jasmani (Bumi)
Tempat dimana kaki kita berpijak, berkarya dan beraktivitas untuk melangsungkan hidup. Tempat ini NYATA menawarkan berbagai macam keindahan dunia. Sehingga semua berlomba-lomba menggapainya walaupun akhirnya FANA. Karena akan tiba waktunya, raga kita kembali ke Sang Pencipta yang Maha Kuasa.
Namun demikian, bagi sebagian orang bumi ini adalah persinggahan untuk sampai ke “dunia” yang dianggap paling hakiki. Sehingga apapun yang dialami, menjadi di syukuri sebagai sebuah proses panjang yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tersebut.
Bagaimana dengan umat Tuhan saat ini. Apakah tujuan kita di Bumi saat ini?. Apakah materi, kehormatan, atau hal-hal duniawi lainnya saja?. Atau, sama dengan apa yang dilakukan oleh raja Daud?.
Dunia Maya (Internet/Digital)
Tempat ini disebut maya karena tidak berwujud, dan tidak kasat mata. Fenomena ini baru muncul sejak teknologi digital makin berkembang. Pula, seakan-akan telah menghipnotis semua orang tanpa kecuali. Teknologi ini awalnya diklaim sebagai temuan yang sangat Visioner. Akan tetapi tak jarang kini menjelma jadi Monster yang menyusahkan.
Akhir-akhir ini makin disadari, internet telah menyita Waktu, Pikiran dan Dana yang besar guna bisa menjelajahi jagad raya maya. Walaupun sebenarnya tanpa ada tujuan, atau manfaat yang signifikan. Sebab bagi umat Kristen tetap saja “kaki“ berpijak di Bumi yang nyata. Dan ‘ikatan’ dengan Dunia Roh tidak akan pernah lepas sampai selama-lamanya.
Interaksi manusia di 3 Dunia tersebut dalam waktu yang bersamaan
CONTOH 1:
Ketika kebaktian, atau mendengar khotbah minggu, saat acara tengah berlangsung adalah sebuah aktivitas Rohani (aktivitas DUNIA ROH) lalu posisi kita duduk ditempat yang telah disediakan (aktivitas BUMI) dan tak jarang kita asyik memegang handphone walau ada pengumunan agar handphone dimatikan (aktivitas DUNIA MAYA).
**Artinya kita melakukan 3 aktivitas sekaligus pada waktu dan tempat yang bersamaan.
CONTOH 2:
Identitas kita di Surat Baptis, KTP dan Akun Sosial Media (sosmed) banyak yang tidak sama. Kalau mama baptis dan KTP umumnya masih sama. Tetapi tak jarang akun sosmed sudah lain. Kebanyakan adalah identitas palsu.
**Artinya ada identitas yang berusaha disembunyikan padahal masih pada 1 Raga.
(?) Di dunia manakah dominan kita menghabiskan WAKTU, PIKIRAN dan DANA
(?) Dari 3 Dunia diatas yang manakah tujuan hakiki (prioritas) hidup ini sebenarnya
[Penutup] Aplikasi dalam hidup sehari-hari orang kristen
Poin ke-4 tentang minggu kemitraan, sekaligus penutup khotbah minggu ini. Mengingatkan kita bahwa kebersamaan dan pesekutuan orang-orang percaya dapat menciptakan damai sejahtera.
Sebab perasaan damai sejahtera lah yang senantiasa membuat kita bersukacita. Dan, dengan adanya sukacita, maka ucapan syukur dan puji-pujian kepada Tuhan otomatis semakin sering kita lakukan.
Oleh sebab itu, dalam situasi bagaimanapun. Atau, sedang berada dimanapun. Biasakanlah untuk tidak khawatir. Tapi, nikmatilah keadaan Anda sekarang sebagai bentuk dari rencana Tuhan yang terbaik bagi Anda. Sebab Tuhan tidak pernah membiarkan kita jalan sendiri.
Namun, sebaliknya Ia tetap membimbing kita baik dalam suka maupun duka. Sebagaimana Ia telah menyertai umat Israel sejak zaman Abrahamn, Ishak, Yakub dan Raja Daud. Maka dari itu, tetaplah kumandangkan pujian kepada Tuhan melalui nyanyian yang baru.