Rumah Tinggal Split Level 5 Lantai Dan Contoh Desain Bangunan Yang Bagus

Alasan utama membuat rumah tinggal split level ada 2 yaitu: 1]. Untuk mencapai kebutuhan ruang, walaupun bangunan rumah hanya berdiri diatas tapak yang sempit. 2]. Mencegah agar tidak melakukan urugan tanah yang terlalu tinggi, pada tapak bangunan yang miring.

Contoh desain rumah tinggal split level 5 lantai

Kedua alasan tersebut ternyata didasari oleh kondisi tapak, atau lahan yang hendak Anda bangun. Satu keadaan datar, tapi sempit. Sementara yang satu lagi adalah disebabkan oleh permukaan tanah yang mirig. Jadi bukan karena sempit.

Pengertian dan kerugian bagi pemilik rumah

Split level artinya suatu desain lantai bangunan yang sengaja dibuat terdiri dari beberapa trap, serta dengan ketinggian yang bervariasi. Sehingga setiap lantai terlihat menggantung diantara dinding. Dan, dihubungkan dengan beberapa tangga trap type menerus, atau tangga bentuk L.

Sebenarnya, baik jasa arsitek maupun pemilik bangunan, selalu menghindari rumah tinggal split level, jikalau kondisi tapak datar. Sebab dipastikan biaya pembangunan jauh lebih mahal, dibanding rumah tingkat biasa. Karena struktur bangunan, terutama kolom dan balok pasti lebih banyak.

Pula, dari aspek kenyamanan, gaya split level sebenarnya kurang bagus. Sebab memiliki anak tangga yang sangat banyak, serta berkelok-kelok. Hal ini sedikit banyaknya membuat aktivitas di dalam rumah kurang lancar. Terutama bagi orang tua yang sudah paruh baya. Naik turun tangga merupakan hal yang tidak menyenangkan.

Contoh desain rumah 5 lantai

Latar belakang desain rumah tinggal split level ini adalah karena kontur tanah yang bergelombang. Oleh pemilik, luas bangunan ingin dibuat semaksimal mungkin. Termasuk fasilitas kolom renang untuk dewasa dan anak. Perhatikan desain rumah dalam bentuk 3D  pada paragraf 1. Sementara tampak samping tapak adalah seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Topografi tapak untuk bangunan rumah tinggal split level, berada di tanah yang miring

1. Jumlah lantai dan kegunaan ruang

Disebut split level 5 berarti bangunan ini terdiri dari 5 lantai. Masing-masing lantai berguna, dan dengan elevasi sebagai berikut:

A = Lantai paling bawah

Elevasi -2,50 m. Disebut juga dengan istilah Back yard. Berguna sebagai: Dapur, Ruang Makan, Musholla dan Toilet. Total ukuran ruang adalah 5,0 x 10,0 meter. Atau, seluas 50,0 m².

Area ini sengaja dirancang terpisah. Alias berdiri sendiri. Agar sirkulasi udara yang sejuk, serta cahaya pagi hari tidak terhalang oleh atap. Pula, untuk memberi kesan rileks, dan santai.

Oleh sebab itu, desain bangunan dibuat minimalis. Bahkan terkesan sederhana. Hal itu diwujudkan dengan bentuk atap pelana. Serta, dinding bangunan dibuat hanya bagian belakang, dan samping saja. Sedangkan bagian depan dibiarkan terbuka menghadap bangunan utama.

B = Elevasi lantai -1,50 m

Adalah salah satu lantai bangunan utama rumah tinggal split level. Atau, boleh disebut sebagai level ke-2. Lantai ini tergolong sebagai area privat. Karena bersebelahan dengan kolam renang, back yard, serta terdiri dari 4 unit kamar tidur.

Fungsi lain dari ruangan tersebut adalah untuk teras belakang rumah, ruang santai, gudang barang, toilet, serta tangga untuk akses ke lantai bawah (Back yard), maupun ke lantai yang berada lebih tinggi. Yakni elevasi ±0,000.

C = Lantai ±0,000

Atau disebut level lantai ke-3. Adalah berada pada ketinggian 30 cm dari permukaan jalan. Oleh sebab itu dijadikan acuan untuk menentukan elevasi bangunan rumah. Artinya, level lantai yang semakin kebawah adalah minus (-), sementara level lantai yang semakin tinggi, di tandai dengan plus (+).

Fungsi ruang adalah sebagai:
– Garasi 2 unit mobil
– Ruang tamu
– Dapur
– Ruang makan, dan
– 1 unit toilet kecil.

Adapun sisa ruang adalah digunakan untuk sirkulasi, tangga menuju lantai bawah, dan tangga ke lantai atas berikutnya di rumah tinggal split level.

D = Lantai +1,50 m

Area ini sebenarnya persis diatas lantai elevasi -1,50 m. Dan, luasnya sama. Jadi, kalau diukur secara tegak lurus, jarak kedua lantai tersebut adalah 3,0 meter. Adalah digunakan untuk ruang belajar, ruang keluarga, kamar tidur utama, dan teras.

Sementara, akses menuju lantai ini ada 2 yaitu dari: 1]. Garasi mobil, dan 2]. Lantai ±0,00. Dengan demikian, ketika pemilik rumah datang, dan parkir mobil di garasi. Maka tidak perlu masuk melalui pintu depan. Tapi, langsung menuju ruang keluarga elevasi +1,50 m.

Hal demikian lah kelebihan rumah tinggal split level. Karena memiliki tangga yang banyak, maka akses ke berbagai ruangan mudah di jangkau. Walaupun beda level, atau tinggi.

E = Lantai +3,00 m

Adalah lantai ke-5, atau yang tertinggi diantara semua lantai rumah. Rencana akan digunakan sebagai ruang pertemuan, dan tempat ibadah khusus anggota keluarga. Oleh sebab itu, sengaja dibuat terbuka. Supaya ruangan jadi luas.

2. Dinding penahan tanah

Khusus bangunan split level yang berada di atas tapak yang miring. Sekalipun tidak menimbulkan pekerjaan urug. Tapi, yang muncul adalah pekerjaan cut and fill tetap ada. Yaitu untuk membuat beberapa bagian dari tapak jadi rata. Sesuai dengan denah rumah tinggal split level yang akan dibangun.

Oleh sebab terjadi pekerjaan cut and fill, maka harus dibuat Dinding Penahan Tanah. Atau, sering disingkat dengan DPT. Untuk membedakan elevasi lantai bangunan. Selanjutnya, DPT tersebut harus berfungsi sekaligus sebagai pondasi bangunan. Agar hemat, dan efisien.

Adapun DPT yang paling cocok untuk tapak rumah ini adalah sistem Retaining Wall. Yaitu DPT yang terbuat dari cor beton bertulang, tebal 25 cm. Menggunakan kelas mutu beton K-350. Dan, proses pengecoran wajib dengan mixer beton. Bukan cara manual, atau hanya mengandalkan mesin molen.

3. Struktur pondasi bangunan rumah bertingkat

Selain karena berada pada tapak yang miring, pertimbangan ketika memilih jenis pondasi adalah tinggi, dan jumlah lantai bangunan. Semakin tinggi rumah tinggal split level, otomatis semakin berat. Oleh sebab itu, harus menggunakan pondasi khusus. Agar bangunan tetap kokoh.

Salah satu pondasi yang terbaik adalah cakar ayam. Atau, dalam bahasa Inggris disebut Foot Plate. Jenis pondasi ini juga yang paling cocok untuk rumah tinggal bertingkat. Selain murah, proses pengerjaan juga praktis. Yaitu tidak perlu memakai alat berat, layaknya memasang pondasi tiang pancang. Tapi, sama dengan proses pelaksanaan pekerjaan beton lainnya.

Pemasangan pondasi foot plat mulai dari tapak paling bawah (elevasi -2,50 m). Hingga yang paling tinggi (elevasi ±0,00). Dengan ukuran plat beton 80×80 cm. Dan, kolom pedestal ukuran 30×30 cm.

[Penutup] Persamaan dengan rumah tingkat biasa

Selain kondisi tapak dan struktur bawah bangunan, secara umum antara rumah tinggal split level dan rumah tingkat biasa adalah sama. Contoh tentang struktur balok dan kolom. Adalah terbuat dari beton bertulang, atau baja profil.

Demikian halnya konstruksi bangunan yang lain. Misalnya dinding rumah. Dipastikan terbuat dari material batu bata, lengkap dengan plester, aci dan cat. Bukan terbuat menggunakan cladding spandek, layaknya membuat sebuah gudang. Karena material paling cocok untuk dinding bangunan rumah adalah hanya batu bata.

Penjelasan tentang rumah split level berikutnya akan saya ulas pada artikel ke-2. Membahas tentang kelebihan dan kekurangan. Sementara, artikel yang ke-3, adalah mengenai perbedaan rumah tingkat biasa dan split level.

Dengan demikian nantinya ada 3 artikel yang saya sajikan dalam website ini, khusus tentang rumah tinggal split level. Semoga bermanfaat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Butuh bantuan untuk Desain Arsitek dan Konstruksi baja? Ayo chat dengan kami!