Membuat RKS struktur baja se-informatif mungkin adalah harapan utama para arsitek dan konsultan perencana. Mereka tentu menginginkan agar dokumen ini berlaku dan dapat diterapkan sepenuhnya oleh orang-orang yang terlibat pada proses konstruksi. Sehingga bangunan yang mereka rancang dapat terbangun sesuai seperti yang mereka impikan.
Namun apakah kita mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang mereka hadapi saat membuat RKS struktur baja? Atau dari sisi lain, adakah subkontraktor menemui kendala dalam menerapkan dokumen ini selama proses konstruksi?. Mengenai hal inilah yang kita perdalam pada artikel bagian ke-3 ini, yaitu sebagai lanjutan dari artikel pertama dan kedua, yang membahas tentang pemahaman dasar serta Eksistensi RKS Proyek Bangunan Pada Proses Konstruksi.
Keberadaan RKS struktur baja dalam proses konstruksi
Pekerjaan baja adalah salah satu sub pekerjaan yang ada pada sebuah proyek bangunan, yang mana pengadaan bahan, alat serta pengerjaan umumnya terlaksana secara terpisah oleh sebuah kontraktor spesialis baja. Atau dalam istilah konstruksi kita kenal dengan sebuatan subkontraktor. Jadi dapat kita simpulkan, ternyata dokumen ini berlaku pasca tender proyek. Yaitu berguna sebagai instruksi, referensi, standar atau ketentuan bagi subkontraktor yang akan melaksanakan pekerjaan baja.
Adapun bagian terpenting yang harus subkontraktor patuhi, yaitu sedapat mungkin menerapkan RKS struktur baja yang telah ada, khususnya tentang persyaratan teknis kerja. Karena dokumen ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari sebuah RKS proyek bangunan, maka subkontraktor juga wajib tunduk pada persyaratan umum dan persyaratan administrasi yang tercantum dalam RKS proyek bangunan. Perhatikan gambar berikut ini.
Sudut pandang tentang RKS Struktur baja
Yang menjadi pertanyaan kita selanjutnya adalah, yakinkah subkontraktor dapat menerapkan persyaratan-persyaratan teknis kerja yang ada dalam RKS struktur baja?. Atau sebaliknya, benarkah kehadiran dokumen ini untuk memudahkan subkontraktor dalam pengerjaan baja?. Nah, untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu harus kita ketahui 2 persepsi berikut ini:
1.Persepsi subkontraktor mengenai RKS struktur baja
Harapan subkontraktor agar dapat menyelesaikan pekerjaan baja yang mereka borong secepat mungkin dan berkualitas, tetapi tanpa adanya aturan-aturan yang memberatkan mereka selama proses konstruksi. Maka kehadiran RKS struktur baja yang simple serta praktis, adalah merupakan bentuk dukungan terhadap kelancaran pekerjaan yang mereka laksanakan.
Mengenai hal ini sepintas dapat kita benarkan, sebab untuk apa RKS struktur baja dibuat panjang lebar tetapi dalam pelaksanaannya tidak dapat kita implementasikan seluruhnya?.
2.Asumsi Konsultan perencana terhadap RKS
Kewaspadaan konsultan perencana akan terjadinya pelanggaran dan kesalahan dalam pelaksanaan struktur baja, sehingga perlu menyusun RKS secara lengkap dan rinci. Dengan asumsi semakin ketat peraturan tata laksana kerja proyek mereka buat, maka kualitas pekerjaan yang akan mereka peroleh pun semakin baik.
Atas dasar pemahaman seperti ini juga dapat kita maklumi, karena kita tidak dapat menjamin bahwa subkontraktor benar-benar melaksanakan pekerjaan struktur baja dengan baik, kalau tidak dari dokumen RKS!.
Cara membuat RKS Struktur baja yang benar
Berdasarkan 2 sudut pandang yang berbeda tersebut, berikut ini kita jabarkan beberapa tips dalam pembuatan RKS struktur baja. Yang kita harapkan dapat menjadi jalan tengah antara harapan subkontraktor maupun kewaspadaan konsultan perencana. Sekaligus sebagai pengendalian mutu (Quality control) selama pelaksanaan pekerjaan baja.
Tips 1: RKS struktur baja diawali dengan ketentuan umum
Ketentuan umum dalam RKS struktur baja artinya satu bagian dokumen yang berisi syarat-syarat yang berlaku pada semua tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan baja. Dengan adanya bagian ini, maka kita dapa efisienkan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan spesifikasi bahan, alat, sumber daya, metode kerja dan setrusnya.
Contoh ketentuan umum pada RKS struktur baja, salah satunya adalah mengenai kewajiban subkontraktor terhadap main kontraktor. Sebagai catatan, karena dalam proses konstruksi subkontraktor mendapat perintah kerja dari main kontraktor, maka subkontraktor seyogianya juga berkoordinasi dengan main kontraktor. Jadi bunyi persyaratan dapat kita tetapkan, seperti ini: [contoh]
- Subkontraktor harus membuat metode pelaksanaan pekerjaan baja dengan lengkap, sebelum proses pengerjaan baja mulai.
- Subkontraktor wajib membuat laporan kemajuan/progres pekerjaan, serta menyampaikan setiap satu kali seminggu kepada main kontraktor, dan
Maka berdasarkan bunyi persyaratan tersebut, subkontraktor baja akan menempatkan orang yang ahli untuk menangani tugas tersebut. Serta dengan adanya jadwal mingguan seperti itu, maka pengajuan/persetujuan bahan, evaluasi serta agenda-agenda lain yang terkait dengan RKS secara tidak langsung dapat terlaksana.
Tips 2: Buat Rujukan RKS baja yang simple
Rujukan atau standar dalam struktur baja berguna sebagai instrumen untuk mengendalikan mutu suatu pekerjaan. Sehingga melalui referensi-referensi tersebut kita harapkan eksistensi RKS dapat meningkatkan kualitas pekerjaan. Tetapi tak jarang yang membuat rujukan berlebihan, misalnya mencantumkan standar yang berlaku/berasal dari berbagai negara, pernahkah anda perhatikan?.
Oke, langsung saja. Yang kita anggap paling serius karena secara umum hampir semua RKS proyek bangunan berisi standar. Maka berikut ini beberapa tips agar rujukan RKS struktur baja menjadi simple, antara lain:
- Prioritaskan referensi dari dalam negeri, baru kemudian dari negara lain. Ada banyak rujukan yang dapat kita jadikan sebagai ketentuan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan kontruksi baja, misalnya PPBBI 1984, PUBBI-1982, SNI, SII dan masih banyak lagi.
- Pilih rujukan dari salah satu negara, apakah yang berasal dari Jepang atau Amerika. Karena 2 negara menetapkan standar yang tinggi untuk proses kontruksi, jadi kita optimalkan saja referensi dari negara yang mana kita pakai dalam RKS. Misalkan yang berlaku di Amerika, ada AISC, ASTM, ASME, AWS, beserta turunan masing-masing standar cukup lengkap.
- Bila ada 2 atau lebih rujukan yang menjelaskan tentang suatu standar, maka tentukan salah satu yang mana paling cocok dan mudah untuk diterapkan. Misalnya mengenai ketentuan posisi pengelasan, yang terdiri dari 2 standar yaitu oleh ISO atau ASME. Untuk menambah pemahaman, silahkan anda baca Metode Pengelasan Baja Konstruksi.
Masih berkaitan tentang rujukan, menetapkan jenis referensi juga sangat penting agar informasi yang kita sampaikan dalam RKS struktur baja akurat. Contohnya ketentuan yang berkaitan dengan baut mur, yang mana selain ASTM dan ISO, SAE juga mengeluarkan spesifikasi tentang baut. Namun penting kita ketahui, standar SAE tersebut adalah baut yang kegunaannya khusus untuk otomotif, bukan spesifikasi baut yang kita pakai untuk proyek konstruksi.
Mengenai singkatan-singkatan standar yang kita sebutkan tersebut, dapat anda pelajari pada artikel tentang Istilah-istilah Penting Dalam Proyek Konstruksi.
Tips 3: Toleransi ukuran dalam RKS dibuat lengkap
Ketentuan mengenai toleransi ukuran harus lengkap dalam RKS struktur baja. Yaitu berguna untuk mencegah terjadinya penyimpangan ukuran saat pelaksaan pekerjaan, baik yang secara sengaja atau tidak sengaja oleh subkontraktor baja. Hal ini juga dapat kita pakai sebagai instrumen tambahan mengendalikan mutu pekerjaan, selain ketentuan tentang standar/rujukan pada Tips ke-3.
Sebuah RKS Struktur baja yang benar dan praktis, akan mencantumkan batas bawah dan/atau batas atas ukuran yang termasuk dalam batas kewajaran, misalnya toleransi untuk:
- Luas penampang baja profil umumnya menetapkan maksimal 5% dari luas profil atau maksimal 5% dari momen inersia (I).
- Pembuatan diameter lubang baut kita tentukan hanya dapat menambahkan 1 s/d 1,5 mm dari diameter baut.
- Pemasangan komponen/rangka baja harus oleh tukang yang berpengalaman minimal 5 tahun, serta berumur maksimal 40 tahun.
Ada banyak lagi toleransi ukuran yang harus kita perketat, sebagai jaminan agar pekerjaan struktur baja terlaksana dengan benar dan tepat. Jadi selain 3 contoh toleransi tersebut, ketentuan toleransi dalam RKS dapat menyangkut ke semua aspek alat, bahan, tenaga kerja. Maupun toleransi untuk hasil kerja yang telah/belum selesai.
Tips 4: RKS struktur baja harus berisi spesifikasi yang jelas
Bagaimana pemahaman kita mengenai rencana kerja dan syarat-syarat, tetapi dokumen ini tidak menjelaskan secara spesifik tentang dimensi bahan, merek dan kode/seri produk yang akan kita gunakan. Tentu kita akan mengalami kendala dalam melaksanakan pekerjaan struktur baja, karena harus meluangkan waktu untuk membuka dokumen-dokumen yang lain.
Memang benar, bila kita cari informasi tentang spesifikasi suatu bahan akan kita temui dalam dokumen Gambar kerja, atau dalam Spesifikasi teknik bahan. Tetapi alangkah lebih konkrit lagi, apabila instruksi yang sama juga tertulis dalam RKS struktur baja. Adapun penulisan spesifikasi yang harus jelas kita sebutkan khusunya mengenai: 1]. Spesifikasi material/bahan, dan 2]. Spesifikasi tentang peralatan.
Kita ambil contoh menulis spesifikasi baja profil dalam RKS struktur baja, harusnya kita cantumkan ketentuan seperti berikut: [contoh]
- Jenis bahan : baja profil CNP 150x65x50x3,2 mm
- Produk/ex. : PT. Union Metal, Surabaya.
Atau, untuk spesifikasi tentang alat kerja pengelasan baja, dalam RKS lebih lengkap apabila kita jelaskan seperti berikut:
- Jenis las : SMAW dengan polaritas DC (Direct Current)
- Posisi mengelas : Mengacu pada standar ISO, yaitu PA dan PB
- Jenis kawat las : elektroda berselaput type E 6013 Ø3,2 mm
Tips 5: Penekanan eksistensi RKS melalui pengujian mutu
Penekanan tentang pengujian mutu dapat kita masukan dalam RKS struktur baja, yaitu terdiri dari pengujian mutu bahan serta pengujian mutu terhadap hasil pekerjaan. Dua pengujian ini juga berguna untuk memastikan bahwa pengadaan dan pengerjaan bahan baja telah sesuai dengan spesifikasi.
Secara umum pengujian bahan telah menjadi hal yang umum dilaksanakan oleh subkontraktor baja, tetapi berbeda dengan pengujian mutu pekerjaan. Sebab selain membutuhkan alat khusus dan proses yang relatif lama, menguji kualitas pekerjaan harus melibatkan pihak ketiga. Sehingga pada saat pembuatan RKS perlu kita tentukan metode pelaksanaan pengujian, misalnya untuk menguji hasil las umumnya berdasarkan:
- Uji merusak bahan (Destructive testing),
- Uji tanpa merusak bahan (Non-destructive testing).
Tips 6: Lampirkan gambar-gambar referensi dalam RKS
Tips yang terakhir ini masih jarang terjadi, tetapi telah kami terapkan pada pembuatan RKS sebuah bangunan rumah tinggal. Ternyata dengan melampirkan gambar-gambar referensi memudahkan pihak-pihak yang terlibat pada proses konstruksi, memahami apa yang kita inginkan pada bangunan.
Apakah sulit kita terapkan?, tidak. Sebab gambar-gambar yang kita cantumkan dalam dokumen tersebut, hampir seluruhnya berasal dari Gambar rencana. Jadi ada sinkronisasi antara Gambar rencana dengan RKS yang kita buat, artinya dengan membaca salah satu dokumen tersebut tukang mengetahui isi dokumen yang lain.
[Kesimpulan] Kerangka RKS struktur baja
Pada gambar kita ringkas ada 6 kerangka RKS struktur baja agar lebih praktis dan simple, tetapi tidak mengabaikan faktor kualitas pekerjaan, yaitu:
- Menetapkan ketentuan umum
- Membuat standar/rujukan
- Menetapkan toleransi ukuran
- Membuat spesifikasi yang jelas
- Melaksanakan pengujian mutu
- Melampirkan gambar-gambar referensi.
Intinya, semaksimal mungkin anda harus membuat ketentuan-ketentuan yang aktual, yaitu persyaratan berisi tentang standar/rujukan, batas toleransi, spesifikasi bahan dan alat kerja. Jadi bukan ketentuan yang bersifat teks atau narasi, sebab tidak menutup kemungkinan subkontraktor lebih paham tentang pekerjaan struktur baja. Yang akhirnya dapat mengakibatkan kontra (crash) dengan apa yang anda tuliskan dalam RKS.
Penutup
Kita harapkan tips-tips yang kita sajikan ini bermanfaat bagi rekan-rekan arsitek, maupun konsultan perencana dalam membuat RKS struktur baja yang lebih praktis. Namun tanpa mengurangi eksistensi dokumen ini pada proses konstruksi. Melainkan agar para subkontraktor baja benar-benar dapat menerapkan syarat-syarat dalam dokumen secara profesional.