Semua jenis alat berat konstruksi bangunan harus dipergunakan semaksimal mungkin. Supaya proyek cepat kelar. Serta untuk efisiensi biaya. Sebagaimana kita ketahui. Sebagian besar alat kerja proyek adalah sistem sewa. Maka dari itu, selain harus bayar sewa, kontraktor juga dibebankan biaya operasi alat berat. Apa saja itu?.
Melanjutkan pembahasan sebelumnya, yakni tentang alat berat proyek. Tidak lengkap rasanya, kalau Anda membaca artikel bagian ke-3 ini. Artikel ini secara khusus menjelaskan tentang cara menghitung biaya operasional alat, yang Anda pakai (sewa).
Pengertian dan manfaat menyediakan biaya
Biaya operasi alat berat artinya sejumlah dana yang wajib Anda sediakan setiap saat, untuk operasional sebuah alat yang di sewa, maupun alat yang Anda miliki sendiri. Demi kelancaran proses konstruksi bangunan. Silahkan perhatikan kata-kata yang kami garis bawahi. Mengapa harus setiap saat?.
Pemakaian alat berat pada proyek tergolong sangat tinggi. Bahkan sering sampai tengah malam (lembur). Sisi lain, mayoritas alat berat adalah sistem mekanis. Oleh sebab itu, sewaktu-waktu membutuhkan biaya untuk bahan bakar, pelumas, servis bahakan biaya untuk operator. Nah, dengan ketersediaan dana tersebut, dipastikan alat berat beroperasi dengan benar, dan maksimal.
Jenis-jenis biaya operasional dan contoh-contohnya
Rincian biaya operasi alat berat terbagi menjadi 5 macam. Dan masing-masing biaya dalam hitungan jam (per jam), yaitu:
1. Bahan bakar dan pelumas
Pengadaan bahan bakar dan pelumas adalah wajib bagi segala jenis kendaraan bermotor. Apalagi alat berat proyek, yang memiliki tenaga (daya) dan kapasitas sangat besar. Sebab 2 unsur inilah yang menjadi penentu besar kecilnya pemakaian bahan bakar, maupun pelumas. Jikalau besar, tentu biaya yang dibutuhkan juga besar. Demikian pula sebaliknya.
[Contoh #1]: Buldoser 115 HP. Berdasarkan HSP Kota Semarang tahun 2019. Biaya operasi alat berat ini per jam adalah Rp 573.843,-. Dari biaya tersebut ternyata alokasi untuk pengadaan bahan bakar dan pelumas sebesar Rp 270.243,-. Atau, sekitar 47,09% dari total biaya operasi. Janga lupa. Biaya ini per jam loh!..
2. Pelatihan operator alat (workshop)
Keahlian dan keterampilan mengoperasikan alat berat adalah wajib bagi setiap operator. Untuk mencapai hal tersebut tentu tidak bisa dilakukan secara otodidak. Tapi, harus melalui pelatihan yang ketat. Adapun trainer yang bertugas untuk itu bukanlah pihak rental. Melainkan produsen alat langsung. Oleh sebab itu, Anda wajib mengalokasikan dana.
[Contoh #2]: Mesin Stone crusher kapasitas 50 ton. Biaya pelatihan operator, dan pembantu operator disediakan biaya Rp 64.232,-. Atau sebesar 10,82% dari total biaya operasi alat berat, yang berjumlah Rp 593.848,-
3. Servis (perbaikan dan perawatan)
Besar kecilnya biaya servis adalah tergantung kondisi alat pada saat itu. Bilamana sekedar ganti oli atau tune up, tentu pihak rental bisa menangani sendiri. Dan posisi alat berat tetap berada di proyek. Namun, jikalau terjadi kerusakan parah. Tentunya yang harus menangani adalah tenaga ahli dari pihak produsen. Bisa jadi juga alat berat harus diboyong kembali ke base camp.
Ini semua membutuhkan biaya yang sangat besar. Maka dari itu, diperlukan alokasi dana untuk perbaikan dan perawatan. Jumlahnya tidak tangung-tanggung. [Contoh #3]: Sekelas Wheel loader saja mencapai 20,75% dari biaya operasi alat berat. Yaitu sebesar Rp 66.938,- dari Rp 322.598,-.
4. Upah operator alat berat
Diantara 3 contoh alat diatas. Persentase biaya untuk operator yang paling besar adalah Wheel loader. Yakni sebesar 8,86% atau sekitar Rp 28.571,- dari biaya operasional alat. Sedangkan alokasi biaya upah operator Stone crusher hanya 4,81%. Dan Buldoser sebagai alat berat yang besar, hanya menyediakan dana 4,98%.
5. Upah pembantu operator
Alokasi biaya operasional yang tak kalah penting adalah untuk upah pembantu operator. Setiap alat berat wajib memiliki 1 pembantu operator. Besar upah rata-rata sebesar Rp 12.857,-/Jam. Dibanding dengan upah sang operator, hanya setengahnya. Sangat timpang. Tapi, apa boleh buat. Demikian ketentuan dari pemerintah. Tentang besaran biaya operasi alat berat serta rincian-rincian biaya.
Cara menghitung biaya operasi alat
Menghitung biaya operasional alat berat sebenarnya sangat mudah. Asalkan data yang diperlukan sudah lengkap dan update. Data-data yang dimaksud, beserta dengan kode untuk perhitungan adalah:
1. Daya/tenaga (Pw)
2. Kapasitas/kemampuan alat (Cp)
3. Umur alat (A)
4. Batas maksimal operasi alat (jam kerja) per tahun (W)
5. Harga alat berat (B)
6. Upah tenaga kerja
7. Harga bahan bakar (h1)
8. Harga pelumas (h2)
9. Suku bunga per tahun
10. Dan koefisien masing-masing biaya.
a. Koefisien minimum dan maksimum biaya
Besarnya koefisien ditentukan menurut pemakaian alat. Bila, alat berat digunakan untuk kerja ringan. Maka koefisien biaya kecil. Sebaliknya. Jikalau alat dipakai untuk kerja berat. Berarti koefisien biaya jadi tinggi/besar. Tingkat pemakaian alat yang berbeda ini sering juga disebut dengan istilah koefisien minimum dan maksimum.
Jenis biaya operasi alat berat yang dikenakan berdasarkan koefisien, ada 4 macam yakni:
1. Bahan bakar (f1) = 12 – 15%
2. Pelumas (f2) = 2,5 – 3%
3. Workshop (g1) = 6,25 – 8,75%
4. Perbaikan dan perawatan (maintenance) (g2) = 12,5 – 17,5%
b. Contoh perhitungan biaya operasi mesin bore pile
Spesifikasi mesin bor pile misalnya seperti berikut:
- Pw = 150 HP
- Cp = 2.000 m
- W = 1.500 jam
- B = Rp 367.500.000,-
- h1 = Rp 8.800,-
- h2 = Rp 27.500,-
- Upah operator = Rp 200.000,-/hari
- Pembantu operator = Rp 90.000,-/hari
Mesin tersebut, misalkan digunakan untuk kerja berat. Berarti koefisien biaya yang digunakan adalah yang paling tinggi. Cara menghitung masing-masing biaya seperti berikut:
Biaya bahan bakar dan pelumas (F)
Rumus:
F = (f1 x Pw x h1) + (f2 x Pw x h2)
= (15% x 150 x Rp 8.800) + ( 3% x 150 x Rp 27.500)
= Rp 321.750,-/jam
Biaya workshop (G)
Dengan rumus:
G = (g1 x B) : W
= (8,75% x Rp 367.500.000) : 1.500
= Rp 21.438,-/jam
Perbaikan dan perawatan alat (K)
Rumus:
K = (g2 x B) : W
= (17,5% x Rp 367.500.000) : 1.500
= Rp 42.875,-/jam
Biaya upah efektif per jam
Upah operator (H) = Rp 200.000 : 7 jam = Rp 28.571,-
Upah pembantu operator (I) = Rp 90.000 : 7 jam = Rp 12.857,-
Dengan demikian, total biaya operasi alat berat bor pile adalah:
= F + G + K + H + I
= Rp 321.750 + Rp 21.438 + Rp 42.875 + Rp 28.571 + Rp 12.857 = Rp 427.491,-/jam
c. Persentase rata-rata biaya operasi mesin bore pile
Berdasarkan perhitungan diatas, diketahui persentase rata-rata masing-masing biaya adalah:
1. F = (Rp 321.750 : Rp 427.491) x 100 = 75,265%
2. G = (Rp 21.438 : Rp 427.491) x 100 = 5,015%
3. K = (Rp 42.875 : Rp 427.491) x 100 = 10,029%
4. H = (Rp 28.571 : Rp 427.491) x 100 = 6,684%
5. I = (Rp 12.857 : Rp 427.491) x 100 = 3,008%
[Penutup] Kebutuhan operasional alat yang bekerja berat
Biaya operasi untuk alat berat jenis lain kemungkinan besar tidak sama dengan bor pile. Namun dari persentase biaya diatas, untuk jenis mesin yang beroperasi secara berat. Anda telah memiliki gambaran tentang kebutuhan biaya untuk bahan bakar dan pelumas. Persentasenya dipastikan tidak jauh berbeda.
Pertanyaan terakhir. Kepada siapakah biaya operasi alat berat dibebankan?. Pihak rental atau penyewa?. Jawabnya, penyewa. Maka dari itu kesimpulannya. Jikalau Anda menyewa alat berat. Maka Anda wajib mengeluarkan 2 jenis biaya sekaligus. Yakni biaya sewa. Yang Anda bayar kepada pemiliki alat. Dan biaya operasional alat. Yang Anda tanggung sendiri, selama menggunakan alat.