Pengertian Desain Tak Terukur, Tujuan, Kriteria Penilaian Dan Pelaksanaannya

Desain tak terukur artinya perancangan yang dilakukan dengan menekankan aspek kualitatif tanpa batas, yang ditentukan berdasarkan penelitian untuk mengukur suatu kualitas arsitektur secara keseluruhan yang berskala besar, misal sebuah kota dan kawasan industri.

Kualitas yang dimaksud adalah daya dukung yang optimal bagi kelangsungan hidup manusia dari lingkungan tersebut. Nah, daya dukung itu sendiri akan diketahui berdasarkan penilaian terhadap kriteria-kriteria dibawah ini.

Contoh desain atap pakai skala yang tepat dan terbuat dari konstruksi baja

Kriteria penilaian desain tak terukur

Menurut Shirvani (1985:57), ada 6 kriteria penilaian untuk mengetahui apakah kualitas arsitektur kota dan kawasan industri sudah bagus, yaitu:

A. Pencapaian (access)

Akses adalah salah satu unsur penting dalam analisis tapak. Akses secara langsung memberikan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan bagi para pengguna bangunan dalam mencapai tujuan menggunakan sarana dan prasarana transportasi yang mendukung.

Pentingnya aksesibilitas dirancang sedemikian rupa adalah untuk melancarkan aktivitas pengguna di dalam dan di luar bangunan waktu siang maupun malam.

Dalam hal ini penilaian terhadap desain tak terukur dilakukan terhadap 4 unsur berikut:

  1. Tatanan seluruh akses
  2. Letak jalan yang bagus
  3. Dimensi jalan dan ragam jenisnya
  4. Sirkulasi dalam kawasan

Sirkulasi maksudnya meliputi akses jalan untuk semua jenis kendaraan bermotor, maupun sepeda, pejalan kaki, serta untuk para difabel. Fungsi masing-masing diuji apakah telah sesuai dengan standar dan aturan. Khususnya terkait dengan poin 1-3.

B. Kecocokan (compatible)

Aspek-aspek yang diteliti ada 4 yaitu:

1]. Lokasi kawasan

Dalam hal ini kecocokan sebuah kawasan kota atau industri dilihat dari tata guna lahan. Apakah memang untuk permukiman, atau untuk industri. Regulasi mengenai hal tersebut dapat diperoleh dari RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah) masing-masing daerah.

Kriteria kecocokan desain tak terukur juga berlalu untuk pengembangan wilayah. Artinya jikalau suatu kota sudah padat penduduk, lalu perlu dilakukan perluasan, maka lokasi perluasan tersebut tidak boleh melanggar batas RTRW.

2]. Kepadatan

Kepadatan dalam satu wilayah kota tidak hanya ditentukan berdasarkan jumlah penduduk, tetapi termasuk jumlah seluruh aktivitas dan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki yang lalu lalang di daerah tersebut, serta bangunan-bangunan.

Lalu dibandingkan dengan luas wilayah kota. Dengan maksud untuk mengetahui apakah sebuah kota telah cocok/layak (sesuai) dengan standar/aturan. Sehingga dapat diambil tindakan yang perlu. Misalnya memberi pembatasan terhadap bangunan baru, atau melakukan pembebasan lahan warga demi tercapainya standar.

3]. Skala

Selain berdasarkan regulasi, untuk mengukur kecocokan sebuah kawasan juga pakai skala. Ukuran yang perlu di skala misalnya lebar jalan, luas RTH (Ruang Terbuka Hijau), lebar dan kedalaman drainase.

Perhitungan tersebut akan memberi output dalam menentukan apakah kawasan sudah memenuhi syarat atau belum. Sebagaimana dijelaskan mengenai kepadatan wilayah.

4]. Bentuk massa bangunan

Melakukan penilaian desain tak terukur melalui skala juga akan memberi gambaran yang sebenarnya tentang keindahan suatu wilayah. Dan dengan kriteria tersebut secara tidak langsung diketahui pula bentuk dan massa bangunan.

Dari ragam bentuk bangunan kita bisa mengetahui budaya dan kemajuan dari tempat tersebut. Sementara dari massa bangunan akan diketahui banyaknya jenis bangjnan, serta gaya-gaya arsitektur yang diterapkan.

C. Pemandangan (view)

Pemandangan terhadap suatu wilayah berkaitan dengan nilai visual, aspek kejelasan serta orientasi manusia terhadap arsitektur/bangunan yang ada.

Bilamana yang dominan adalah bangunan-bangunan tradisional, berarti masyarakat di tempat tersebut masih kental dengan budaya dan adat istiadat. Namun, bila desain bangunan telah dominan arsitektur modern. Berarti masyarakat daerah tersebut telah maju.

Sementara itu, nilai visualisai desain tak terukur dapat diperoleh dari skala, pola serta warna, tekstur, tinggi dan besaran bangunan. Dari aspek-aspek ini diketahui apakah terjadi kontras pada massa bangunan. Atau telah harmoni.

D. ldentitas (identity)

Arsitektur kawasan kota dan industri pada umumnya memiliki kesamaan ditinjau dari identitas yang muncul, atau dibuat melalui objek (bangunan/manusia) yang ada pada daerah itu. Sehingga mudah ditangkap dan dikenali oleh indra manusia. Identitas dikenal iuga dengan citra (Darmawan,2003).

Selain dari aspek-aspek yang disebutkan pada pemandangan, identitas tersebut bisa dilihat dari gapura batas kota. Serta tetengger yang dibangun khusus pada tempat yang strategis. Seperti Tugu Monas yang terdapat pusat kota Jakarta.

Di Semarang misalnya, identitas kota yang berada di tepi laut ini dapat dilihat dari beberapa objek tempat-tempat wisata. Seperti bangunan Sam Poo Kong, Kota Lama dan Gereja Blenduk.

Singkatnya indentias sebuah kota atau kawasan apapun, dapat ditonjolkan dari berbagai macam objek. Bukan hanya bangunan gedung, tetapi bisa juga dari peninggalan-peninggalan bersejarah yang diwariskan untuk wilayah tersebut.

E. Rasa (sense)

Kesan atau suasana yang ditimbulkan dalam rasa biasanya merupakan simbol karakter, dan berhubungan dengan aspek ragam gaya yang disampaikan oleh individu/kelompok bangunan atau kawasan (Lynch, 1976; Steele, 1981).

Dalam hal ini kualitas desain tak terukur dapat diukur saat Anda terjun langsung ke lokasi. Dan, meluangkan waktu beberapa jam untuk merasakan sensasi yang ada. Antara lain kesejukan udara, kebersihan lingkungan, kemudahan akses, keramahan warga setempat dan sebagainya.

F. Kenyamanan (ivability)

Kenyamanan untuk tinggal atau ketika melakukan aktivitas di suatu kawasan/objek ditentukan banyak hal. Diantaranya adalah ketersediaan fasilitas-fasilitas dan estetika penataan ruang.

Fasilitas tidak boleh berbanding terbalik dengan kebutuhan. Supaya tidak antri. Tetapi harus sepadan, atau jikalau memungkinkan dibuat melebihi kebutuhan akan lebih baik.

Sementara kenyamanan yang timbul akibat estetika penataan ruang berkaitan dengan rasa dan kemudahan ber-aktivitas. Oleh sebab itu perlu ditinjau secara detail hubungan antara jenis aktivitas dan ruang yang disediakan.

Kapan melakukan analisa terhadap desain tak terukur?

Hemat penulis paling tepat dilakukan saat perancangan arsitektur. Akan tetapi perlu ingat tidak semua kriteria diatas akan mendapat hasil yang faktual. Karena beberapa diantaranya harus survei langsung pada objek yang ada.

Oleh sebab alasan itu penelitian desain tidak terukur sering dilakukan pasca proses konstruksi. Pula, untuk tujuan tertentu. Misal ketika menentukan pemenang penghargaan kota terbersih, atau penghargaan emisi terendah kawasan industri.

Kembali pada penelitian yang dilakukan saat perancangan bangunan. Metode pelaksanaan adalah simulasi. Misalnya dengan membuat mockup atau miniatur (maket). Dengan demikian 5 dari 6 kriteria penilaian diatas dapat terpenuhi. Yakni Akses, Kecocokan, Pemandangan, Citra/Identitas dan Kenyamanan.

Pentingnya memahami teori arsitektur

Teori arsitektur seperti yang pembahasan desain tak terukur ini sangat bagus untuk menambah wawasan Anda. Dan sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. Jadi tidak hanya bagi orang-orang yang masih dalam study.

Dalam dunia kerja teori diperlukan sebanyak mungkin untuk menangkal kritik terhadap desain arsitektur yang kita buat. Mengapa desain perlu kita bela?. Karena itu adalah buah pemikiran kita yang dibuat melalui proses yang sangat panjang.

Dan, selama proses tersebut sebenarnya teori-teori tentang arsitektur sudah tertuang. Hanya sering tidak kita sadari. Karena kurangnya pemahaman kita sendiri akan teori-teori itu sendiri.

Silahkan kontak kami bila Anda butuh konsultasi arsitektur bangunan. Atau, ketika ingin membuat desain dan perhitungan anggaran biaya. Melalui nomor yang tercantum dalam situs ini.

Butuh bantuan untuk Desain Arsitek dan Konstruksi baja? Ayo chat dengan kami!