Satu hal yang patut kita syukuri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa adalah letak geografis negara kita dengan iklim tropisnya. Sehingga kita bisa leluasa membuat desain atap bangunan, sesuai dengan material yang kita inginkan. Nah hubungan desain tersebut, tentu harus diketahui sebelumnya standar sudut kemiringan atap di Indonesia.
Pada dasarnya oleh produsen atap, selalu mengeluarkan aturan pakai material yang mereka produksi. Termasuk didalamnya menyangkut tentang kemiringan atap minimum dan maksimum.
Akan tetapi, karena tidak semua material atap di Nusantara ini buatan pabrik, maka diperlukan kebijakan dari arsitek untuk menentukan kemiringan atap yang hendak digunakan. Supaya desain bangunan, secara khusus atap menjadi bagus, awet dan tidak bocor.
Untuk memudahkan teman-teman memilih jenis atap yang akan digunakan. Dalam artikel ini sengaja saya kelompokkan standar sudut kemiringan atap menurut bentuk-bentuk material atap itu sendiri.
A. Atap yang berbentuk lembaran/gelombang
Atap yang berbentuk gelombang di Indonesia cukup banyak ragamnya, bila ditinjau dari jenis bahan. Namun yang paling mendominasi dalam hal pemakaian adalah yang terbuat dari metal metal.
Disebut atap bergelombang karena kedua permukaan material (bawah dan atas) memiliki pola gelombang yang sama. Contoh atap gelombang adalah: 1]. Spandek, 2]. Galvalum, seng, 3]. Asbes gelombang, dan 4]. Bitumen gelombang.
Ciri khas dari 4 jenis material ini adalah:
- Tebal penampang sama, yaitu antara 0,25 sampai 4 mm
- Lebar material antara 68 – 100 cm
- Panjang 1,0 m sampai 12,0 m.
Selain 4 contoh diatas, sebenarnya masih ada juga atap yang terbuat dari fiber glass, Upvc dan alumunium. Dengan permukaan bergelombang, dan dijual dalam bentuk lembar.
Ketentuan produsen atap dan batas toleransi
Standar sudut kemiringan atap spandek, galvalum, seng, asbes dan bitumen gelombang adalah 15 derajat. Namun dalam kondisi tertentu misalnya pada saat membuat kanopi rumah, bisa juga diterapkan dengan sudut 8 derajat. Hal ini dimaksud agar fasade rumah jadi bagus.
Sebaliknya, pada saat membuat gudang bentangan 15 meter kebawah. Paling cocok kemiringan 3 jenis atap tersebut adalah 18-20 derajat. Supaya tampilan gudang tidak kelihatan seperti orang bungkuk.
Jadi, walau.pabrik memberi rekomendasi sudut kemiringan atap, pada prinsipnya standar tersebut tidak mengikat. Artinya masih diberikan toleransi demi mencapai manfaat/fungsi yang maksimal. Serta menyesuaikan letak pasang, dan bentangan atap. Asalkan panjang overlap diperhatikan.
Apa itu overlap?. Overlap oleh para tukang atap juga disebut talipan. Yaitu titik pertemuan antara 2 lembar atap yang saling tumpang. Nah, panjang overlap maksudnya adalah panjang material atap yang saling tumpang tindih tersebut.
Standar minimal overlaping atap
Membahas mengenai pemasangan atap memang tidak pernah terlepas dari overlap. Sebab untuk jenis-jenis atap tertentu harus menggunakan overlap. Misal atap asbes dan bitumen gelombang.
Oleh sebab itu, selain memahami standar sudut kemiringan atap, hal lain yang perlu Anda pastikan sebelum memilih salah satu atap adalah kertesediaan panjang material. Dengan kata.lain akibat keterbatasan panjang atap lah maka overlap terjadi.
Oleh produsen atap bitumen gelombang diberi ketentuan overlap 10-20 cm. Ukuran tersebut sama dengan atap metal dan asbes gelombang. Nah, persoalan selanjutnya adalah efisiensi biaya. Sebab, bila overlap terlalu panjang otomatis biaya beli material jadi tinggi.
Pengalaman penulis, penyelesaian masalah tersebut adalah sebagai berikut:
- Untuk kemiringan atap > dari 15 derajat, overlap cukup 10 cm
- Untuk sudut kemiringan 10- 15 derajat overlap 15 cm
- Sementara bila kurang dari 10 derajat, panjang overlap atap harus 20 cm. Supaya tidak bocor.
B. Standar sudut kemiringan atap yang berbentuk lempengan
Pada prinsipnya makin landai pemasangan atap, maka biaya yang dibutuhkan akan rendah, tetapi rawan bocor. Oleh sebab itu jenis atap yang cocok untuk mencegah resiko tersebut adalah atap yang berbentuk lembaran dan bergelombang.
Sebaliknya jika sudut kemiringan atap dibuat terjal, akan membutuhkan biaya yang tinggi, namun dipastikan akan aman dari kebocoran. Karena air hujan langsung mengalir kebawah dengan cepat. Dalam hal ini jenis atap yang digunakan umumnya adalah yang berbentuk lempengan.
Jadi, dua kondisi tersebut sebenarnya sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu perlu keterampilan tinggi dalam menentukan jenis atap yang.cocok untuk sebuah bangunan. Apalah lembaran atau yang berbentuk lempengan.
Atap yang berbentuk lempengan misalnya: a]. Genteng, b]. Sirap, dan c]. Bitumen plat. Standar sudut kemiringan atap tersebut adalah 20-50 derajat. Dan pemasangan dilakukan satu per satu pada rangka atap yang telah dirancang sesuai dengan aturan pasang atap.
Mungkin bagi pemula bertanya, mengapa toleransi kemiringan atap begitu jauh?. Jawabnya, disebabkan oleh 2 hal, yaitu:
1. Ukuran dan bentuk permukaan berbeda-beda
Khusus atap genteng misalnya, terdiri dari berbagai macam bahan dasar. Lalu, bahan dasar tersebut secara tidak langsung berpengaruh pada ukuran dan bentuk permukaannya. Dan akhirnya sudut kemiringan atap yang dianjurkan oleh produsen menjadi berbeda-beda pula.
Contoh genteng metal pasir. Karena sangat ringan, berukuran agak lebar dan pemasangan dilakukan dengan cara menggunakan driling scew, maka dapat diterapkan pada sudut 20 derajat.
Akan tetapi standar sudut kemiringan atap genteng keramik dan genteng beton adalah minimal 25 derajat. Mengapa?. Karena pemasangan pada rangka atap tidak menggunakan alat bantu apa pun. Alias hanya mengandalkan berat genteng yang saling tumpang tindih, maka atap tersebut tidak jatuh.
2. Metode pemasangan dipengaruhi oleh desain atap
Atap sirap kasusnya berbeda dengan atap genteng. Material atap yang terbuat dari kayu ini memiliki ukuran yang sangat kecil, dan tipis. Sehingga pada saat pemasangan, selain harus dengan sudut kemiringan yang besar, juga perlu material ekstra pada lapisan bagian bawah yang berfungsi sebagai anti bocor.
Nah dengan alasan-alasan tersebut, maka sudut kemiringan atap sirap yang ideal adalah 30-35 derajat. Lebih detail lagi, sudut 35 derajat diterapkan pada saat lapisan bawah menggunakan plastik, alumunium foil atau yang sejenis. Sementara sudut 30 derajat adalah ketika bagian bawah menggunakan material galvalum sheet plate.
Terakhir mengenai toleransi sudut kemiringan. Sebagaimana saya sebut diatas adalah sampai dengan 60 derajat. Sebenarnya angka tersebut adalah merujuk pada desain atap yang dibuat. Jadi bukan standar sudut kemiringan atap yang ideal, atau disarankan oleh pabrik.
Misal ketika Anda membuat atap joglo, maka sudut kemiringan atap bagian atas harus lancip. Supaya terlihat sempurna. Nah, kemiringan atap tersebut adalah 45-50 derajat. Sementara atap bagian bawah minimal 20 derajat.
Singkatnya, urusan kemiringan atap lebih kompleks ditemukan saat Anda ingin menggunakan atap yang berbentuk lempengan, dibanding atap datar maupun atap yang berbentuk gelombang.
C. Standar sudut kemiringan atap yang berbentuk plat
Walau disebut plat atau datar, sebenarnya atap tersebut tidak lah benar-benar rata 100%. Melainkan tetap dibuat kemiringan dengan sudut tertentu pada permukaan atap. Tujuannya apa?. Agar air hujan dapat mengalir dengan lancar.
Material yang umum digunakan untuk membuat atap plat ini ada 2, yaitu kaca dan beton/cor. Pada dasarnya sudut kemiringan permukaan untuk kedua jenis atap datar ini adalah sama, yakni 2% – 4%.
Lebih detail tentang aplikasi sudut kemiringan tersebut adalah sebagai berikut:
- 2% diterapkan pada bidan atap yang < 20 m²
- 3% untuk bidang atap dengan luas 20-50 m²
- Sementara sudut kemiringan 4% dipakai pada atap yang memiliki luas >50 m².
Demikian ulasan mengenai standar sudut kemiringan atap yang terdapat pada bangunan-bangunan gedung Indonesia. Bila teman-teman masih kurang paham mengaplikasikan sudut-sudut tersebut, silahkan hubungi kami melalui nomor yang tertera dalam situs ini.